Nuphii Usiel GokieL
Kamis, 03 Maret 2011
KEANEKARAGAMAN MAKHLUK MAKHLUK HIDUP DAN KELESTARIANNYA DALAM EKOSISTEM
A. CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP
1. Bergerak
Bergerak adalah merupakan perubahan posisi, baik seluruh tubuh atau sebagian. Hal ini disebabkan oleh adanya tanggapan terhadap rangsang. Gerak yang dilakukan pada tumbuhan antara lain : gerak menutupnya daun putri malu jika disentuh, gerak ujung batang dari bawah ke atas ke arah sinar matahari, dan gerak membukanya biji lamtoro disebabkan perubahan kadar air. Pada hewan juga terdapat gerak, antara lain : gerak aktif pada hewan vertebrata yaitu alat gerak berupa otot, gerak pasif pada hewan vertebrata yaitu alat gerak berupa tulang, dan gerak pada manusia yaitu berjalan, berlari dan lain-lain.
2. Peka Terhadap Rangsang (iritabilitas)
Tumbuhan, hewan dan manusia mempunyai kepekaan terhadap rangsang. Hal ini dapat ditunjukkan sebagai berikut:
a. Pada tumbuhan, daun putri malu bila diberi rangsang sentuhan akan menanggapi rangsang dengan menutup daunnya.
b. Pada hewan, ayam ketika fajar menyingsing akan berkokok.
c. Manusia jika diberi bau yang merangsang akan menanggapi rangsang, misalnya bersin.
3. Memerlukan Makan (nutrisi)
Setiap makhluk hidup memerlukan makanan. Hal ini bertujuan agar dapat mempertahankan hidup, menghasilkan energi, dan pertumbuhan. Setiap makhluk hidup mempunyai cara yang berbeda-beda dalam memperoleh makanan. Tumbuhan dapat membuat makanan sendiri melalui proses fotosintesis. Hewan dan manusia tidak dapat membuat makanan sendiri, tetapi tergantung pada makhluk hidup lainnya.
4. Bernafas (respirasi)
Bernafas yaitu pengambilan oksigen untuk oksidasi makanan, sehingga memperoleh energi dan mengeluarkan karbondioksida sebagai zat sisa. Hewan vertebrata di darat bernafas dengan paru-paru, ikan bernafas dengan insang, cacing bernafas dengan kulit. Tumbuhan, pada daun bernafas melalui stomata, pada batang melalui lentisel dan di akar melalui bulu-bulu akar. Manusia bernafas dengan paru-paru.
5. Tumbuh dan Berkembang
Tumbuh adalah bertambahnya volume atau ukuran makhluk hidup yang irreversible. Berkembang adalah proses menuju kedewasaan yang dipengaruhi oleh hormon, nutrisi dan lingkungan.
6. Berkembangbiak (reproduksi)
Berkembangbiak adalah memperbanyak diri untuk mempertahankan kelestarian jenisnya. Cara berkembangbiak sebagai berikut:
a. Secara kawin atau generatif, yaitu perkembangbiakan yang melibatkan sel telur dan sel sperma.
b. Secara tak kawin atau vegetatif, yaitu perkembangbiakan yang tidak melibatkan sel telur dan sel sperma, melainkan melibatkan sel tubuh.
7. Adaptasi
a. Adaptasi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan untuk mempertahankan diri. Terdapat tiga macam adaptasi, yaitu: Adaptasi morfologi, yaitu penyesuaian diri terhadap alat-alat tubuhnya.
Contoh: burung elang mempunyai kuku yang tajam untuk menerkam mangsa. Bunga teratai mempunyai daun yang lebar untuk memperluas bidang penguapan.
b. Adaptasi fisiologi, yaitu penyesuian diri terhadap lingkungan dengan fungsi alat-alat tubuh. Contoh : Manusia menambah jumlah sel darah merah bila berada di pegunungan. Kotoran unta kering, tetapi urinenya kental
c. Adaptasi tingkah laku, yaitu penyesuaian diri terhadap lingkungan dengan tingkah lakunya. Contoh: Bunglon mengubah warna tubuhnya, ikan paus muncul ke
permukan secara periodik.
8. Regulasi
Regulasi adalah proses pengaturan keserasian di dalam tubuh organisme yang diatur oleh syaraf dan hormon.
9. Ekskresi
Ekskresi adalah proses pengeluaran sisa-sisa metabolisme tubuh. Dalam proses oksidasi makanan selain menghasilkan energi, tubuh organisme juga menghasilkan zat sisa yang harus dikeluarkan dari tubuh. Apabila zat sisa tersebut tidak dikeluarkan akan membahayakan tubuh. Contoh: Manusia mengeluarkan karbondioksida melalui paru–paru, ikan mengeluarkan karbondioksida melalui insang. Salah satu ciri makhluk hidup adalah kepekaan terhadap rangsang. Meskipun tumbuhan tidak mempunyai sistem syaraf, tumbuhan mampu menanggapi rangsang yang ada dalam lingkungan.
Makhluk hidup juga mengadakan penafasan. Melalui kegiatan di bawah ini kamu akan mengetahui gas apa yang diambil dan gas apa yang dikeluarkan dalam pernafasan.
B. KONSEP KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP
Apabila mendengar kata “Keanekaragaman”, dalam pikiran kita mungkin akan terbayang kumpulan benda yang bermacam-macam, baik ukuran, warna, bentuk, tekstur dan sebagainya. Bayangan tersebut memang tidak salah. Kata keanekaragaman memang untuk menggambarkan keadaan bermacam-macam suatu benda, yang dapat terjadi akibat adanya perbedaan dalam hal ukuran, bentuk, tekstur ataupun jumlah.
Sedangkan kata “makhluk hidup” menunjukkan sesuatu yang hidup. Jadi keanekaragaman makhluk hidup menggambarkan bermacam-macam makhluk hidup (organisme) penghuni biosfer. Keanekaragaman makhluk hidup disebut juga “Biodiversitas”. Keanekaragaman atau keberagaman dari makhluk hidup dapat terjadi karena akibat adanya perbedaan warna, ukuran, bentuk, jumlah, tekstur, penampilan dan sifat-sifat lainnya.
Sedangkan keanekaragaman dari makhluk hidup dapat terlihat dengan adanya persamaan ciri antara makhluk hidup. Untuk memahami konsep keseragaman dan keberagaman makhluk hidup, mari dapat diketahui dengan mengamati pada halaman sekolah, dapat diamati lingkungan sekitarnya, kita akan menjumpai bermacam-macam tumbuhan dan hewan. Jika diperhatikan tumbuhan-tumbuhan itu, maka kita akan menemukan tumbuhan-tumbuhan yang berbatang tinggi, misalnya: palem, mangga, beringin, kelapa. Dan yang berbatang rendah, misalnya: cabe, tomat, melati, mawar dan lain-lainnya. Ada tumbuhan yang berbatang keras, dan berbatang lunak. Ada yang berdaun lebar, tetapi ada pula yang berdaun kecil, serta bunga yang berwarna-warni. Begitu pula kita akan menemukan tumbuhan-tumbuhan yang memiliki kesamaan ciri seperti: tulang daun menyirip atau sejajar, sistem perakaran tunggang atau serabut, berbiji tertutup atau terbuka, mahkota bunga berkelipatan 3 atau 5 dan lain-lain. Begitu pula pada hewan-hewan yang kita temukan, terdapat hewan-hewan yang bertubuh besar seperti kucing, sapi, kerbau, dan yang bertubuh kecil seperti semut serta kupu-kupu. Ada hewan berkaki empat, seperti kucing. Berkaki dua seperti ayam. Berkaki banyak seperti lipan dan luwing. Juga akan tampak burung yang memiliki bulu dan bersayap.
Di samping itu, kita juga akan menemukan hewan yang hidupnya di air seperti ikan mas, lele, ikan gurame. Dan hewan-hewan yang hidup di darat seperti kucing, burung dan lain-lain. Ada hewan yang tubuhnya ditutupi bulu seperti burung, ayam. Ada yang bersisik seperti ikan gurame, ikan mas, dan ada pula yang berambut seperti kucing, kelinci dan lain-lain. Dari hasil pengamatan atau observasi di halaman sekolah, Kita telah menemukan adanya keseragaman dan keberagaman pada makhluk hidup.
Keanekaragaman makhluk hidup tidak saja terjadi antar jenis, tetapi dalam satu jenis pun terdapat keanekaragaman. Adanya perbedaan warna, bentuk, dan ukuran dalam satu jenis disebut variasi. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang tingkatan keanekaragaman makhluk hidup, simak uraiannya berikut ini:
a. Keanekaragaman Makhluk Hidup Tingkat Gen
Seluruh organisme yang ada di permukaan bumi ini mempunyai kerangka dasar komponen yang sifat menurun yang sama. Kerangka tersebut tersusun atas ribuan sampai jutaan faktor menurun yang mengatur tatacara penurunan sifat organisme. Faktor-faktor menurun tersebut dinamakan gen atau plasma nutfah. Komposisi atau susunan dan jumlah faktor dalam kerangka dasar gen bisa berbeda-beda. Perbedaan jumlah susunan faktor tersebut akan menyebabkan terjadinya keanekaragaman gen.
Setiap individu mempunyai banyak gen. Apabila terjadi perkawinan atau persilangan antartetua yang karakternya berbeda akan menghasilkan keturunan yang semakin banyak variasinya. Karena saat persilangan terjadi penggabungan gen-gen tertua melalui sel kelamin. Hal inilah yang menyebabkan keanekaragaman gen semakin tinggi.
Pada tanaman mawar memiliki bunga yang berwarna-warni, dapat berwarna merah, putih atau kuning. Pada tanaman mangga, keanekaragaman dapat ditemukan antara lain pada bentuk buahnya, rasa, dan warnanya. Demikian juga pada hewan. Pada ayam kampung, ayam hutan, ayam ras, dan ayam lainnya dapt terlihat perbedaanya. Keanekaragaman sifat yang tampak antara lain pada bentuk dan ukuran tubuh, warna bulu dan bentuk pial (jengger).
Gambar 1. Keanekaragaman gen pada ayam
Keanekaragaman warna bunga pada tanaman mawar. Bentuk, rasa, warna pada buah mangga, serta keanekaragaman sifat, warna bulu dan bentuk pial pada ayam, ini semua disebabkan oleh pengaruh perangkat pembawa sifat yang disebut dengan gen. Semua makhluk hidup dalam satu spesies/jenis memiliki perangkat dasar penyusun gen yang sama. Gen merupakan bagian kromosom yang mengendalikan ciri atau sifat suatu organisme yang bersifat diturunkan dari induk atau orang tua kepada keturunannya.
Gen pada setiap individu, walaupun perangkat dasar penyusunnya sama, tetapi susunannya berbeda-beda bergantung pada masing-masing induknya. Susunan perangkat gen inilah yang menentukan ciri atau sifat suatu individu dalam satu spesies.
Perkawinan antara dua individu makhluk hidup sejenis merupakan salah satu penyebabnya. Keturunan dari hasil perkawinan memiliki susunan perangkat gen yang berasal dari kedua induk/orang tuanya. Kombinasi susunan perangkat gen dari dua induk tersebut akan menyebabkan keanekaragaman individu dalam satu spesies berupa varietas-varietas (varitas) yang terjadi secara alami atau secara buatan.
Keanekaragaman yang terjadi secara alami adalah akibat adaptasi atau penyesuaian diri setiap individu dengan lingkungan, seperti pada rambutan. Faktor lingkungan juga turut mempengaruhi sifat yang tampak (fenotip) suatu individu di samping ditentukan oleh faktor genetiknya (genotip). Sedangkan keanekaragaman buatan dapat terjadi antara lain melalui perkawinan silang (hibridisasi), seperti pada berbagai jenis mangga.
Perbedaan sifat pada jenis mangga dapat Kita amati pada tabel berikut:
No. Mangga Bentuk Buah Rasa arima
1.
2.
3. golek
kuini
gedong lonjong panjang
bulat telur, besar
bulat, kecil manis
manis
lebih manis tidak wangi
wangi
tidak wangi
Pada manusia juga terdapat keanekaragaman gen yang menunjukkan sifat-sifat berbeda, antara lain ukuran tubuh (besar, kecil, sedang); warna kulit (hitam, putih, sawo matang, kuning); warna mata (biru, hitam, coklat), serta bentuk rambut (ikal, lurus, keriting).
Dari uaraian tersebut dapat diketahui bahwa diantara individu sejenis pun dapat terjadi perbedaan. Perbedaan tersebut menunjukkan adanya keanekaragaman gen.
b. Keanekaragaman Makhluk Hidup Tingkat Jenis
Keanekaragaman jenis atau keanekaragaman spesies menunjukkan keseluruhan variasi yang terdapt pada mahluk hidup antar jenis. Keanekaragaman tersebut lebih mudah diamati daripada keanekaragaman gen. Perbedaan antarspesies organisme dalam satu keluarga lebih mencolok sehingga lebih mudah diamati daripada perbedaan antarindividu dalam satu spesies. Keanekaragaman makhluk hidup tingkat jenis pada tumbuhan atau hewan, dapat diamati melalui ciri-ciri fisiknya. Misalnya bentuk dan ukuran tubuh,warna, kebiasaan hidup dan lain-lain.
Contoh, dalam keluarga kacang-kacangan, antara lain; kacang tanah, kacang kapri, kacang hijau dan kacang buncis. Di antara jenis kacang-kacangan tersebut dapat dengan mudah membedakannya, karena antara mereka ditemukan ciri-ciri yang berbeda antara ciri satu dengan yang lainnya. Misalnya ukuran tubuh atau batang (ada yang tinggi dan pendek); kebiasaan hidup (tumbuh tegak, ada yang merambat), bentuk buah dan biji, warna biji, jumlah biji, serta rasanya yang berbeda.
Gambar 2. Keanekaragaman jenis pada kacang-kacangan
Contoh lain, keanekaragaman pada keluarga kucing. Di kebun binatang, Kita dapat mengamati hewan harimau, singa, citah dan kucing.
Gambar 3. Keanek ragaman jenis pada hewan
(a) harimau, (b) singan, (c) kucing dan (d) citah.
Walaupun hewan-hewan tersebut termasuk dalam satu familia atau suku Felidae, tetapi diantara mereka terdapat perbedaan-perbedaan sifat yang mencolok. Misalnya, perbedaan warna bulu, tipe lorengnya, ukuran tubuh, tingkah laku, serta lingkungan hidupnya.
Perhatikan sifat dari hewan berikut ini:
No. Ciri-ciri Kucing Harimau Singa Citah
1.
2.
3. Ukuran tubuh
Warna bulu
Tempat hidup Kecil
Hitam, putih, kuning
Hutan, rumah Besar
Hitam, putih, kuning
Hutan Besar
Hitam, putih, kuning
Hutan Sedang
Hitam/ putih
Pohon
Demikian pula pada kelompok tumbuhan yang tumbuh di dataran tinggi dan dataran rendah akan memperlihatkan perbedaan-perbedaan sifat pada tinggi batang, daun dan bunga. Contohnya kelapa, aren, pinang, dan lontar, seperti tampak pada tabel pengamatan berikut ini.
No Ciri-ciri Kelapa Aren Pinang Lontar
1. Tinggi Batang >30m 25m 25 15-30m
2. Daun -Panjang tangkai daun 75-150cm
-Helaian daun 5m, ujungruncing dan keras -Panjang tangkai daun 150cm Tangkai daun pendek -Panjang tangkai daun 100cm
-Helaian daun bulat, tepi daun bercangap menjari
3. Bunga Tongkol Tongkol Tongkol Bulir
Gambar 4. Keanekaragaman pada suku Palmae
Dari contoh-contoh di atas, dapat diketahui adanya perbedaan atau variasi sifat pada kucing, harimau, singa dan citah yang termasuk dalam familia atau suku Felidae. Variasi pada suku Felidae ini menunjukkan keanekaragaman pada tingkat jenis. Hal yang sama terdapat juga pada tanaman kelapa, aren, pinang, dan lontar yang termasuk suku Palmae atau Arecaceae.
c. Keanekaragaman Makhluk Hidup Tingkat Ekosistem
Setiap mahluk hidup hanya akan tumbuh dan berkembang pada lingkungan yang sesuai. Pada suatu lingkungan akan terdapat berbegai mahluk hidup berlainan jenis yang hidup berdampingan secara damai. Pada lingkungan yang sesuai inilah mahluk hidup akan dibentuk oleh lingkungan. Sebaliknya, mahluk hidup yang terbentuk oleh lingkungan akan membentuk lingkungan tersebut. Jadi, antara mahluk hidup dengan lingkungan akan terjadi interaksi yang dinamis.
Perbedaan kondisi komponen abiotik pada suatu daerah menyebabkan jenis yang dapat beradaptasi dengan lingkungan tersebut berbeda. Akibatnya, permukaan bumi dengan variasi kondisi komponen abiotik yang tinggi akan menghasilkan keanekaragaman ekosistem. Ada ekosistem sawah, ladang, air tawar, air payau, laut, dan lain-lain.
Sebagai suatu sistem di dalam setiap ekosistem akan terjadi proses yang saling terkait. Misalnya pengambilan makanan, perpindahan energi atau energetika, daur zat/materi, dan produktifitas atau hasil keseluruhan ekosistem. Perpindahan materi terjadi mulia dari lingkungan abiotik, kemudian diserap oleh gen penyerap, yaitu tumbuhan. Setelah melalui proses tertentu akan dihasilkan zat organik. Zat itu merupakan sumber materi bagi tumbuhan sendiri ataupun mahluk hidup lainnya.
Semua makhluk hidup berinteraksi atau berhubungan erat dengan lingkungan tempat hidupnya. Lingkungan hidup meliputi komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik meliputi berbagai jenis makhluk hidup mulai yang bersel satu (uni seluler) sampai makhluk hidup bersel banyak (multi seluler) yang dapat dilihat langsung. Komponen abiotik meliputi iklim, cahaya, batuan, air, tanah, dan kelembaban. Ini semua disebut faktor fisik. Selain faktor fisik, ada faktor kimia, seperti salinitas (kadar garam), tingkat keasaman, dan kandungan mineral.
Komponen biotik maupun komponen abiotik sangat beragam atau bervariasi. Oleh karena itu, ekosistem yang merupakan interaksi antara komponen biotik dengan komponen abiotik pun bervariasi pula. Di dalam ekosistem, seluruh makhluk hidup yang terdapat di dalamnya selalu melakukan hubungan timbal balik, baik antar makhluk hidup maupun makhluk hidup dengan lingkungnnya atau komponen abiotiknya. Hubungan timbal balik ini menimbulkan keserasian hidup di dalam suatu ekosistem
Perbedaan letak geografis antara lain merupakan faktor yang menimbulkan berbagai bentuk ekosistem.
Gambar 5. Keanekaragaman ekosistem
(a) padang rumput (b) padang tundra (c) gurun pasir
Perbedaan letak geografis menyebabkan perbedaan iklim. Perbedaan iklim menyebabkan terjadinya perbedaan temperature, curah hujan, intensitas cahaya matahari, dan lamanya penyinaran. Keadaan ini akan berpengaruh terhadap jenis-jenis flora (tumbuhan) dan fauna (hewan) yang menempati suatu daerah.
Di daerah dingin terdapat bioma Tundra. Di tempat ini tidak ada pohon, yang tumbuh hanya jenis lumut. Hewan yang dapat hidup, antara lain rusa kutub dan beruang kutub. Di daerah beriklim sedang terdpat bioma Taiga. Jenis tumbuhan yang paling sesuai untuk daerah ini adalah tumbuhan conifer, dan fauna/hewannya antara lain anjing hutan, dan rusa kutub.
Pada iklim tropis terdapat hutan hujan tropis. Hutan hujan tropis memiliki flora (tumbuhan) dan fauna (hewan) yang sangat kaya dan beraneka ragam. Keanekaragaman jenis-jenis flora dan fauna yang menempati suatu daerah akan membentuk ekosistem yang berbeda. Maka terbentuklah keanekaragaman tingkat ekosistem.
Totalitas variasi gen, jenis dan ekosistem menunjukkan terdapat berbagai variasi bentuk, penampakan, frekwensi, ukuran dan sifat lainnya pada tingkat yang berbeda-beda merupakan keanekaragaman makhluk hidup. Keanekaragaman makhluk hidup berkembang dari keanekaragaman tingkat gen, keanekaragaman tingkat jenis dan keanekaragaman tingkat ekosistem. Keanekaragaman makhluk hidup perlu dilestarikan karena didalamnya terdapat sejumlah spesies asli sebagai bahan mentah perakitan varietas-varietas unggul. Kelestarian keanekaragaman makhluk hidup pada suatu ekosistem akan terganggu bila ada komponen-komponennya yang mengalami gangguan.
Gangguan-gangguan terhadap komponen-komponen ekosistem tersebut dapat menimbulkan perubahan pada tatanan ekosistemnya. Besar atau kecilnya gangguan terhadap ekosistem dapat merubah wujud ekosistem secara perlahan-lahan atau secara cepat pula. Contoh-contoh gangguan ekosistem , antara lain penebangan pohon di hutan-hutan secara liar dan perburuan hewan secara liar dapat mengganggu keseimbangan ekosistem. Gangguan tersebut secara perlahan-lahan dapat merubah ekosistem sekaligus mempengaruhi keanekaragaman tingkat ekosistem. Bencana tanah longsor atau letusan gunung berapi, bahkan dapat memusnahkan ekosistem. Tentu juga akan memusnahkan keanekaragaman tingkat ekosistem. Demikian halnya dengan bencana tsunami.
C. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP INDONESIA
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman makhluk hidup yang tinggi. Indonesia mempunyai keunikan yang berrbeda dengan negara lain yaitu disamping memiliki keanekragaman makhluk hidup yang tinggi, Indonesia mempunyai areal tipe Indomalaya yang luas, juga tipe Oriental, Australia, dan peralihannya. Selain itu, di Indonesia terdapat banyak hewan dan tumbuhan langka, serta hewan dan tumbuhan endemik (penyebaran terbatas).
Indonesia terletak di daerah tropik sehingga memiliki keanekaragaman makhluk hidup yang tinggi dibandingkan dengan daerah subtropik (iklim sedang) dan kutub (iklim kutub). Tingginya keanekaragaman makhluk hidup di Indonesia ini terlihat dari berbagai macam ekosistem yang ada di Indonesia, seperti: ekosistem pantai, ekosistem hutan bakau, ekosistem padang rumput, ekosistem hutan hujan tropis, ekosistem air tawar, ekosistem air laut, ekosistem savanna, dan lain-lain. Masing-masing ekosistem ini memiliki keaneragaman makhluk hidup tersendiri.
Tumbuhan (flora) di Indonesia merupakan bagian dari geografi tumbuhan Indo-Malaya. Flora Indo-Malaya meliputi tumbuhan yang hidup di India, Vietnam, Thailand, Malaysia, Indonesia, dan Filipina. Flora yang tumbuh di Malaysia, Indonesia, dan Filipina sering disebut sebagai kelompok flora Malesiana. Hutan di daerah flora Malesiana memiliki kurang lebih 248.000 species tumbuhan tinggi, didominasi oleh pohon dari familia Dipterocarpaceae, yaitu pohon-pohon yang menghasilkan biji bersayap. Dipterocarpaceae merupakan tumbuhan tertinggi dan membentuk kanopi hutan. Tumbuhan yang termasuk famili Dipterocarpaceae misalnya Keruing ( Dipterocarpus sp), Meranti (Shorea sp), Kayu garu (Gonystylus bancanus), dan Kayu kapur (Drybalanops aromatica).
Hutan di Indonesia merupakan bioma hutan hujan tropis atau hutan basah, dicirikan dengan kanopi yang rapat dan banyak tumbuhan liana (tumbuhan yang memanjat), seperti rotan. Tumbuhan khas Indonesia seperti durian (Durio zibetinus), Mangga (Mangifera indica), dan Sukun (Artocarpus sp) di Indonesia tersebar di Sumatra, Kalimantan, Jawa dan Sulawesi. Di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa terdapat tumbuhan endemik Rafflesia. Tumbuhan ini tumbuh di akar atau batang tumbuhan pemanjat sejenis anggur liar, yaitu Tetrastigma.
Gambar 6. Peta keanekaragaman hayati di Indonesia
Indonesia bagian timur, tipe hutannya agak berbeda. Mulai dari Sulawesi sampai Irian Jaya (Papua) terdapat hutan non?Dipterocarpaceae. Hutan ini memiliki pohon-pohon sedang, diantaranya beringin (Ficus sp), dan matoa (Pometia pinnata). Pohon matoa merupakan tumbuhan endemik di Irian.
Hewan-hewan di Indonesia memiliki tipe Oriental (Kawasan Barat Indonesia) dan Australia (Kawasan Timur Indonesia) serta peralihan. Hewan-hewan di bagian Barat Indonesia (Oriental) yang meliputi Sumatera, Jawa, dan Kalimantan, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Banyak species mamalia yang berukuran besar, misalnya gajah, banteng, harimau, badak. Mamalia berkantung jumlahnya sedikit, bahkan hampir tidak ada.
2. Terdapat berbagai macam kera, misalnya: bekantan, tarsius, orang utan.
3. Terdapat hewan endemik, seperti: badak bercula satu, binturong (Aretictis binturang), monyet (Presbytis thomari), tarsius (Tarsius bancanus), kukang (Nyeticebus coucang).
4. Burung-burung memiliki warna bulu yang kurang menarik, tetapi dapat berkicau. Burung-burung yang endemik, misalnya: jalak bali (Leucopsar nothschili), elang jawa, murai mengkilat (Myophoneus melurunus), elang putih (Mycrohyerax latifrons).
Jenis-jenis hewan di Indonesia bagian timur, yaitu Irian, Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara, relatif sama dengan Australia. Ciri-ciri hewannya adalah:
1. Mamalia berukuran kecil
2. Banyak hewan berkantung
3. Tidak terdapat species kera
4. Jenis-jenis burung memiliki warna yang beragam
Irian Jaya (Papua) memiliki hewan mamalia berkantung, misalnya: kanguru (Dendrolagus ursinus), kuskus (Spiloeus maculatus). Papua juga memiliki kolek si burung terbanyak, dan yang paling terkenal adalah burung Cenderawasih (Paradiseae sp). Di Nusa Tenggara, terutama di pulau Komodo, terdapat reptilian terbesar yaitu komodo (Varanus komodoensis). Sedangkan daerah peralihan meliputi daerah di sekitar garis Wallace yang terbentang dari Sulawesi sampai kepulauan Maluku, jenis hewannya antara lain tarsius (Tarsius bancanus), maleo (Macrocephalon maleo), anoa, dan babi rusa (Babyrousa babyrussa).
D. PENGARUH KEGIATAN MANUSIA TERHADAP KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP
Dewasa ini banyak kegiatan manusia yang dilakukan dengan teknologi modern, misalnya menggunakan mesin pertanian, mesin penebang pohon, dll. Kegiatan-kegiatan tersebut ternyata memiliki dampak negative terhadap lingkungan hidup, seperti berkurangnya keanekaragaman hayati.
Terdapat dua akibat dari kegiatan manusia tehadap keanekaragaman hayati sebagai berikut:
1. Kegiatan yang mengakibatkan makin berkurangnya keanekaragaman hayati, antara lain:
a. Lading berpindah, selain memusnahkan berbagai jenis tanaman juga merusak struktur tanah. Keadaan ini mempersulit pemulihan keberadaan berbagai jenis tanaman.
b. Intensifikasi pertanian (penggunaan insektisida, penggunaan bibit unggul, dan mekanisasi pertanian).
c. Penemuan bibit tanaman dan hewan baru yang unggul mengakibatkan terdesaknya bibit lokal (disebut erosi plasma nutfah).
d. Perburuan liar dan penangkapan ikan dengan menggunakan cara yang tidak tepat dan tanpa kenal batas dapat memusnahkan jenis-jenis hewan dan ikan.
e. Penebangan liar, lading berpindah, pembukaan hutan, dan kegiatan manusia lain yang menyebabkan kerusakan hutan sama artinya merusak habitat berbagai jenis hewan, dapat menyebabkan kepunahan jenis-jenis hewan.
f. Industrialisasi, selain mengurangi areal hutan juga menyebabkan polusi yang berakibat berkurangnya jenis hewan dan tumbuhan.
2. Kegiatan manusia yang tidak menyebabkan berkurangnya biodiversitas, antara lain:
a. Penghijauan dan reboisasi, selain dapat menambah jumlah jenis-jenis tanaman baru juga memulihkan kawasan hutan yang mengalami kerusakan.
b. Pengendalian hama secara biologi, usaha tanpa memberantas hama tanpa merusak ekosistem sehingga tidak menyebabkan hilangnya jenis hewan dan tanaman karena penggunaan insektisida. Selain itu, serangan hama dapat dicegah karena predator alami tetap ada di ekosistem.
c. Penebangan hutan dengan perencanaan yang baik dan dilakukan peremajaan (tebang pilih dan tanam kembali).
d. Usaha pemuliaan hewan dan tanaman menghasilkan varietas tanaman dan hewan unggul menambah kekayaan sumber plasma nutfah dengan tetap melestarikan jenis hewan dan tumbuhan lokal.
e. Usaha-usaha pelestarian alam, yang dilakukan di dalam habitat asli (secara in situ) maupun dilakukan di luar habitat asli (secara ex situ). Usaha pelestaria secara in situ, contohnya pelestarian komodo di pulau Komodo. Usaha pelestarian secara ex situ, misalnya pembuatan kebun koleksi, kebun plasma nutfah, kebun raya, dan taman nasional.
Untuk tetap menjaga manfaat dan nilai keanekaragaman hayati, usaha pelestarian harus terus dilakukan. Usaha perlindungan alam menjaga supaya keanekaragan hayati khususnya di Indonesia tidak berkurang.
E. UPAYA PELESTARIAN MAKHLUK HIDUP
Keanekaragaman makhluk hidup telah memberikan manfaat bagi kehidupan manusia atau makhluk hidup lainnya. Semestinya manusia berusaha dan bertindak untuk memelihara, mengembangkan dan menjaga keanekaragaman makhluk hidup sebagai sumber daya alam hayati, agar senantiasa dapat memperoleh manfaatnya. Mengapa dunia sekarang berada pada saat harus segera bertindak melestarikan keanekaragaman makhluk hidup? Dampak buruk yang diakibatkan karena terjadi kepunahan terhadap makhluk hidup, merugikan bagi manusia itu sendiri. Di Indonesia banyak species hewan, dan tumbuhan asli Indonesia di ambang kepunahan dan bahkan sudah punah. Menurut hukum alam suatu species yang sudah punah, tidak akan tercipta lagi di bumi ini. Pelestarian makhluk hidup dapat dilakukan melalui cara–cara sebagai berikut:
1. Tumbuh-tumbuhan
Upaya yang dilakukan, sebagai berikut:
a. Kebon koleksi, biasanya hanya untuk mempertahankan tumbuhan bibit unggul.
Contoh: kebon kelapa di Bone-Bone, kebon mangga di Pasuruan.
b. Kebun plasma nutfah, merupakan perkembangan kebun koleksi
Contoh: di Cibinong LIPI dengan buah-buahan inti, temu–temuan, talas, dan suweg.
c. Kebun botani, didirikan pada tahun 1817 di Bogor, terkenal dengan Kebon Raya Bogor.
2. Hewan
Upaya yang dilakukan, sebagai berikut:
a. Menangkar hewan langka dengan cara mengisolasi hewan tersebut.
b. Mengambil telur-telur hewan untuk dibantu menetaskannya.
c. Memindahkan hewan langka ke tempat yang lebih cocok.
d. Membuat undang-undang perburuan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Keanekaragaman Mahluk Hidup. Diakses darihttp://zaifbio.wordpress. com/2010/02/11/keanekaragaman-makhluk-hidup/
Kimball J. W. 1993. Biologi. Jilid 1,2. Tjitrosomo S.S, Sugiri N, penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Biology, fifth Edition.
Prawirohartono, slamet dan Sri Hidayati. 2007. Sains Biologi 1. Jakarta: Bumi Aksara.
Syamsuri, Istamar. 2004. Sains Biologi SMP. Jakarta: Erlangga.
Teguh. 2010. Keanekaragaman Mahluk Hidup. Diakses darihttp://www.crayonpedia.org /mw/Keanekaragaman_Makhluk_Hidup_-_Teguh_7.2
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar