MENGENAL STRUKTUR FUNGSI PLANTAE DAN ANIMALIA
A.TUJUAN
Kegiatan 1
1. Menemukan gejala-gejala penyesuaian struktur sel, jaringan, dan organ pada tumbuhan.
2. Menunjukan beberapa ciri penyesuaian struktural pada tumbuhan.
Kegiatan 2
1. Untuk mengetahui struktur sel epitel pada manusia (kingdom aninalia)
B. LATAR BELAKANG
Di dalam lingkungan sekitar kita telah nampak hewan dan tumbuhan yang memiliki cirri-ciri atau karakteristik tertentu. Keseluruhan sifat fisik yang nampak dari luar dari luar pada binatang jelas berbeda dalam pandangan kita jika dibandingkan dengan apa yang Nampak pada tumbuhan. Keduanya tentulah memiliki susunan tertentu yang membuatnya demikian. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa apa-apa yang dapat kita observasi maupun yang kita amati dibawah suatu mikroskop hanya memberikan hasil pengamatan tertentu. Dalam hal ini, termasuk mengapa objek kajian memiliki karakteristik morfologi demikian dan sebagainya.
Maka dari itu, kurangnya pengetahuan dan kepahaman mahasiswa terhadap objek pengamatan baik yang dapat diamati dengan mata telanjang maupun dengan bantuan mikroskop, serta ilmu-ilmu yang terkandung didalamnya tentang hubungan – hubungan yang menyertai suatu struktur objek dengan peran dan fungsinya dalam suatu tubuh makhluk hidup, maka perlu dikaji dan dipelajari lebih mendalam. Selain itu lingkup yang dikaji mulai dari bagian terkecil suatu makhluk hidup yaitu sel sampai tingkat organ, sehingga hasil pembelajaran yang diperoleh menjadi semakin luas, mendetail, dan lebih kompleks.
C. KAJIAN PUSTAKA
Hewan dan tumbuhan memiliki cirri-ciri morfologi dan anatomi yang berbeda. Morfologi tumbuhan mempelajari bentuk dan susunan tubuh tumbuhan yang dipisahkan karena demikian pesat perkembangannya menjadi morfologi luar atau morfologi saja dan morfologi dalam atau anatomi tumbuhan. Morfologi tumbuhan tidak hanya menggunakan bentuk dan sususnan tubuh tumbuhan saja, tetapi juga menentukan apakah fungsi masing-masing bagian itu dan selanjutnya diketahui darimana asal, bentuk, dan susunan yang demikian. Dalam teori yang berlaku dalam dunia ilmu hayat memisalkan bahwa bentuk dan susunan tubuhb tumbuhan selalu disesuaikan dengan fungsinya serta alam serkitarnya. ( Gembong Tjitrosoepomo, 1987 : 1-2 )
Anatomi tumbuhan merupakan analogi dari anatomi manusia atau hewan. Walaupun secara prinsip kajian yang dilakukan melihat vkeseluruhan fisik sebagai bagian-bagian yang secara fungsional yang berbeda. Anatomi tumbuhan menggunakan pendekatan metode yang berbeda dari anatomi hewan. Anatomi tumbuhan biasanya dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan hiearki dalam kehidupan:
1.Histologi: mempelajari struktur dan fungsi berbagai jaringan berdasarkan bentuk dan peran sel penyusunnya.
2.Sitologi: mempelajari struktur dan fungsi sel serta organel-organel di dalamnya, proses kehidupan dalam sel serta hubungan antara satu sel dengan sel yang lain.
3.Organologi : mermpelajari struktur dan fungsi organ berdasarkan jaringan-jaringan penyusunnya.
Sel merupakan satuan struktual terkecil dari suatu organism hidup. Pada makhluk hidup bersel banyak, berbagai fungsi kehidupan itu dilakukan oleh kelompok-kelompok sel yang berbeda, walaupun masih ada fungsi-fungsi kehidupan yang dilakukan oleh semua sel.( Drs.Mochamad Nasir,M.sc, 1993 :13)
Jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai asal, struktur, dan fungsi yang sama. Pada tumbuhan dibedakan atas jaringan meristem(muda) dan jaringan dewasa , sedangkan pada hewan dibedakan atas jaringan epitel, pengikat, otot, serta jaringan syaraf. ( Drs.Moochamad Nasir,M,Sc , 1993 : 20 )
Organ merupakan susunan dari jaringan-jaringan yang kemudian Nampak dalam pandangan mata telanjang. Pada dasarnya tumbuhan tersusun atas tiga pokok organ yaitu akar, batang, dan daun. Untuk mengamati anatomi suatu hewan diprlukan pembedahan guna memisahkan organ-organ di dalam tubuh sehingga tampak lebih nyata bentuk maupun hubungannya antara satu organ dengan yang lainnya.
Yang dimaksud tumbuhan air adalah tumbuhan yang merapung dan terendam. Termasuk pula tumbuh-tumbuhan yang sebagian besar terendam dan hanya dan hanya daunnya saja yang terapung di permukaan air. Oleh karena sebagian atau seluruh tumbuhan air itu ada dalam air dan tidak diudara, tumbuhan inipun mengalami kesulitan istimewa dalam pernafasan dan asimilasi, demikian pula dengan penyerbukan dan penyebaran. Asimilasinya bergantung pada sinar matahari yang dapat bagian-bagiannya yang hijau. Jadi semakin dalam tumbuhan itu ada dalam air, semakin berkuranglah tumbuhan itu membuat pati, sebab air lebih banyak menahan cahaya matahari daripada udara.
D. ALAT DAN BAHAN
Kegiatan 1
1. Silet
2. Gelas objek
3. Gelas penutup
4. Pipet tetes
5. Kertas hisap
6. Mikroskop
7. Daun teratai ( Nymphaea sp. )
8. Daun eceng gondok ( Euchornia crassipes )
9. Daun Hydrilla sp.
10. Daun tumbuhan darat
Kegiatan 2
1. Tusuk gigi
2. Metilen blue
3. Gelas benda
4. Kaca penutup
5. Air
6. Pipet
7. Mikroskop
E. LANGKAH KERJA
Kegiatan 1
1. Memberikan sedikit lem altheco pada potongan plastic transparan
2. Menempelkan dan menekan lem tersebut pada permukaan daun bagian
3. Membiarkan beberapa saat sampai lem mongering, kemudian angatlah plastic bersama lemnya
4. Mengamati di bawah mikroskop pada perbesaran 100 atau 400 X
5. Membuat pula cetakan stomata untuk permukaan daun tersebut
6. Menghitung jumlah stomata yang ada pada kedua permukaan daun tersebut
7. Mengamati struktur morfologis daun teratai dan eceng (tangkai, helaian, ukuran kedua bagian tersebut)
8. Membuat irisan tangkai daun eceng gondok pada bagian yang menggembung,lalu mengamati di bawah mikroskop kemudian menggambar hasil pengamatan
9. Mengambil sehelai daun Hydrilla sp dan mengamati di bawah mikroskop. Mengamati bentuk sel, kloroplas dan ada tidaknya stomata kemudian menggambar hasil pengamatan.
10. Memasukan hasil pengamatan ke dalam table
11. Membuat irisan ptiolus (tangkai daun) Eceng gondok dan mengamati di bawah mikroskop
12. Mengamati bentuk sel, dan susunan jaringannya. Menggambar dan mendeskripsikan hasil pengamatan. Memeasukkan ke dalam tabel.
Kegiatan 2
1.Menyiapkan preparat segar sel epitel
2.Menyediakan gelas benda yang bersih, meletakkannya diatas meja kemudian menetesinya dengan setetes metilen blue
3.Mengorek secara hati-hati epitel pipi sebelah dalam (kulit rongga mulut pada bagian pipi sebelah dalam ) dengan menggunakan tusuk gigi lalu memasukan ke dalam metilen blue pada gelas benda tadi dan menutupnya dengan gelas penutup.
4.Mengamati dengan mikroskop dan menggambarnya.
E. DATA HASIL PENGAMATAN
a.Kegiatan 1
NO TUMBUHAN YANG DIAMATI GEJALA YANG DIAMATI GAMBAR
1 Hydrilla -daunnya tipis mengelilingi seluruh batang.
-daun sempit memanjang dengan panjang 1,6 cm
-tidak memiliki stomata
-tidak memiliki tangkai
-warna daun hijau dan mempunyai lapisan lilin
-batangnya bersekat
2 Teratai -daunnya tipis dengan tepi bergerigi
-daun lebar melingkar dengan diameter 15 cm
-memiliki 25 stomata pada permukaan atas daun dan tidak memiliki stomata pada permukaan bawah daun
-letak stomata menyebar pada seluruh permukaan daun bagian atas
-tangkai adaun lentur dan panjang berwarna hijau kecoklatan
-tangkainya berongga dengan rongga paling besar di tengah
-permukaan atas daun licin dan permukaan bawah daun kasar dengan tulang daun jelas
3 Eceng Gondok -daunnya lebih tebal dari daun teratai
-luas daun lebih kecil dari daun teratai dengan diameter 4 cm
-memiliki … stomata pada permukaan atas daun dan 12 stomata pada permukaan bawah daun
-letak stomata menyebar tapi rapi
-tangkainya menggembung dan berongga
-daun dan tangkainya berwarna hijau.
4 Tumbuhan darat
Hasil pengamatan di bawah mikroskop
Terlampir
b.Kegiatan 2
Sel epitel rongga mulut pada manusia dilihat dengan mikroskop
F.PEMBAHASAN
Pada kajian pustaka telah disebutkan adanya sitologi, yaitu ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi sel serta organel-organel di dalamnya. Apabila kita meninjau dari histologi, yakni ilmu yang mempelajari struktur jaringan berdasarkan bentuk dan peran sel penyusunnya maka pada tumbuhan dibedakan menjadi 2 yaitu jaringan meristem dan jaringan dewasa.
a.Jaringan meristem yang terdiri dari meristem primer dan sekunder.Jaringan meristem biasanya tersusun oleh sel-sel yang masih embrional yaitu sel-sel yang masih aktif membelah, contohnya pada ujung akar dan ujung batang.
b.jaringan dewasa terdiri atas epidermis (sebagai jaringan pelindung), parenkim (jaringan dasar), sklerenkim dan kolenkim (jaringan penguat), dan floem serta xylem (jaringan pengangkut).
Pada pengamatan kali ini, praktikan mengamati struktrur morfologi dan anatomi pada daun tumbuhan air (Hidrylla, Teratai, Eceng Gondok) serta tumbuhan darat.
1.Hidrylla
Klasifikasi Hydrilla sp.
Kingdom : Plantae
Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocors
Ordo : Alismatales
Famili : Hydrochatiraceae
Genus : Hydrilla
Species : Hydrilla verticillata
Berdasarkan hasil pengamatan, ciri morfologi daun Hydrilla sp. memiliki daun berwarna hijau dan tipis. Daunnya sempit memanjang dengan panjang 1,6 cm. Setiap tiga sampai empat helai daun tumbuh terkonsentrasi membentuk ruas-ruas pada batang. Jarak antar ruas semakin ke ujung batangnya jarang dan semakin rapat, terutama pada area 4 cm dari ujung batang. Susunan daun Hydrilla adalah tunggal. tepi daunnya bergerigi. Ciri tangkai dari Hydrilla adalah tangkainya lurus, mempunyai sedikit cabang, diameter tangkai 0,1 cm. Warna tangkai hijau dan licin karena mempunyai lapisan lilin. Tanaman air tawar ini tenggelam di dasar air.
Setelah mengamati ciri morfologi dari Hydrilla sp. kemudian kami mengamati ciri anatomi dari daun Hydrilla, dengan cara mengambil sehelai daun Hydrilla sp. kemudian mengamatinya dengan menggunakan mikroskop. Setelah dilakukan pengamatan di bawah mikroskop diperoleh adanya dinding sel, inti sel, dan butiran-butiran plastid. Butiran-butiran plastid pada tumbuhan berfungsi sebagai pembawa zat warna seperti kloroplas. Kloroplas adalah plastida yang mengandung butir-butir hijau daun yang berfungsi untuk proses fotosintesis. Daun Hydrilla adalah tumbuhan air yang memiliki klorofil, sehingga terlihat berwarna hijau. Jika dilihat dengan menggunakan mikroskop, terlihat susunan selnya berbentuk heksagonal panjang seperti susunan bata, di dalamnya terdapat bintik-bintik berwarna hijau yang disebut kloroplas. Hydrilla memiliki kloroplas istimewa, karena hidup di air yang dalam. Pergerakan kloroplas di dalam sel Hydrilla disebut dengan siklosis. Gerak yang terjadi pada kloroplas Hydrilla adalah gerak endonom, di mana gerak edonom adalah gerak yang tidak diketahui penyebab luarnya. Gerak ini dikenal pula sebagai gerak spontan, karena tumbuhan tersebut melakukan gerakan secara spontan tanpa perlu adanya rangsangan dari luar.
Kloroplas pada Hydrilla jauh lebih besar dari pada timbuhan darat lainnya. Itu disebabkan karena Hydrilla hidup di dalam air, sehingga kloroplas yang besar tersebut berfungsi untuk menangkap cahaya matahari yang lebih banyak untuk melakukan proses fotosintesis. Tumbuhan Hydrilla tidak mempunya stomata, karena Hydilla hidup di dalam air, sehingga tidak memerlukan oksigen dari luar.
2.Teratai
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Nymphaeales
Famili : Nymphaeaceae
Genus : Nymphaea
Teratai(Nymphae sp.) adalah salah satu contoh tumbuhan hidrofit(lingkungan yang memiliki kelembapan yang tinggi). Teratai memiliki struktur anatomis yang berbeda dengan tumbuhan lainnya. Struktur tersebut merupakan hasil adaptasi dengan lingkungannya yang memiliki kelebihan dalam hal ketersediaan air dan kelembapan yang tinggi serta keadaan yang kekurangan oksigen. Teratai memiliki lebih banyak ruang-ruang udara untuk membantu pengapungan di permukaan air. Teratai memiliki daun yang lebar dengan bentuk yang melingkar, dan tepi daun bergerigi. Sebagian besar daun-daun ini mengapung di atas air agar dapat mengambil oksigen yang ada di udara. Daun dapat mengapung karena adanya ruang udara yang berkembang dengan baik.
Pada permukaan adaksial atau atas, daun Teratai berwarna hijau dan stomata banyak ditemukan pada bagian ini sedangkan pada bagian abaksial atau bawah, daun Teratai berwarna keunguan dan terdapat tulang daun besar serta tulang daun kecil. Pada daun bagian abaksial biasanya tidak di temukan adanya stomata.
Teratai memiliki batang yang berfungsi untuk menyangga daun mengapung di atas air. Batang sebagian besar tenggelam di dalam air, namun ada beberapa yang muncul di atas permukaan air. Batang memiliki ruang udara yang berkembang dengan baik. Selain berfungsi sebagai penyokong dari daun, batang juga berfungsi untuk mengasorbsi nutrisi yang dibutuhkan oleh Teratai.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dibawah mikroskop daun teratai Tidak memiliki kutikula, namun pada umumnya tumbuhan hidrofit memiliki kutikula yang sangat tipis bahkan tidak memiliki kutikula sama sekali.Epidermis yang dimiliki hanya selapis. Fungsi epidermis lebih berperan dalam hal penyerapan gas dan nutrien. Sel-sel epidermis ini memiliki dinding yang tipis.Pada permukaan epidermis terdapat banyak stomata. Tipe stomata yang dimiliki adalah tipe menonjol keluar karena pada Teratai memiliki daun yang mengapung di atas air. Daun Teratai tergolong daun epistomatik karena stomata berada di permukaan atas daun (adaksial). Di bawah lapisan epidermis terdapat jaringan palisade yang didalamnya mengandung klorofil. Sementara itu, di bawah jaringan palisade terdapat jaringan bunga karang. Berdasarkan keberadaan dari jaringan palisade dan jaringan bunga karang, daun Teratai tergolong daun tipe dorsoventral.
Pada bagian jaringan palisade, terdapat sklereid yang bercabang dan berujung runcing, dan percabangannya masuk ke ruang antar sel. Sklereid bertipe trikosklereid. Sklereid ini berfungsi sebagai penyokong dan terkait dengan sistem pengapungan tumbuhan teratai ini. Selain pada palisade, trikosklereid juga terdapat pada jaringan sponsa dimana ujung-ujung percabangannya masuk ke ruang-ruang antar sel.Jaringan pengangkut pada daun tergolong tipe Kranz dimana berkas pengangkut dikelilingi oleh mesofil. Jaringan pengangkut ini terletak di antara jaringan sponsa.
Daun Teratai memiliki ruang udara yang luas, teratur dan berkembang dengan baik. Ruang udara ini memberikan pelampung bagi tumbuhan Teratai untuk mengapung dan juga sebagai penyimpan udara dan CO2. Trikomata tergolong trikoma non glanduler dimana ujungnya meruncing. Trikomata ini berfungsi sebagai pelindung dan mengurangi penguapan. Pada daun Teratai trikomata ban yak dijumpai pada bagian permukaan bawah daun (abaksial).Pada bagian permukaan bawah daun terdapat epidermis bawah yang berjumlah selapis.
3.Eceng Gondok
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Commelinales
Famili : Pontederiaceae
Genus : Eichhornia
Spesies : E. crassip
Eceng gondok mempunyai tangkai daun yang sekaligus menjadi batang. Secara morfologis batang eceng gondok terlihat menggembung pada bagian pangkal sampai ketengah dan mengecil sampai ke pangkal daun. Struktur morfologi ini sangat berbeda dengan struktur morfologi tangkai daun tumbuhan lain yang tidak mengapung diair. Berdasarkan teori, perbedaan ini disebabkan oleh penyesuaian diri (adaptasi) terhadap fungsi dan lingkungannya, yaitu berfungsi sebagai pelampung dihabitatnya; daerah perairan.
Eceng gondok hidup mengapung di air dan kadang-kadang berakar dalam tanah. Tingginya sekitar 4 - 8 cm. Tidak mempunyai batang serta daunnya tunggal dan berbentuk oval. Ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung. Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut.Tumbuhan air seperti eceng gondok memiliki struktur batang dan daun yang khas untuk hidup di air. Pada umumnya batang tanaman air berongga. Rongga itulah yang membuat tanaman tersebut dapat terapung di permukaan air.
Berdasarkan kajian teori diatas, maka diketahui bahwa tangkai daun Eceng Gondok menggembung dikarenakan secara anatomis jaringan parenkim batangnya mempunyai rongga-rongga udara yang disebut jaringan aerenkim atau jaringan parenkim udara. Hal ini dikarenakan rongga-rongga berisi udara tersebut digunakan untuk meringankan tubuh tumbuhan (Eceng Gondok) sehingga dapat mengapung di air. Berbeda dengan tangkai daun tumbuhan yang hidup di permukaan tanah yang secara umum tangkai daunnya padat berisi jaringan-jaringan yang tidak menyimpan atau mengandung udara. Justru jaringan parenkimnya kebanyakan mengandung cadangan makanan dan air, dan tentu saja tidak menggembung seperti eceng gondok. Bentuk tangkai daun atau batang tanaman Eceng Gondok ini merupakan adaptasi morfologi.Selain itu, tanaman air memiliki bentuk daun yang khas juga, biasanya berukuran lebar dan tipis, dengan banyak stomata di bagian epidermis atas. Banyaknya stomata tersebut memudahkan transpirasi yang dilakukan tumbuhan atas kelebihan air. Hal itu lebih mudah terjadi dengan tidak adanya kutikula di permukaan daun.
Berdasarkan pengamatan dan pengkajian teori yang dilakukan, Stomata pada eceng gondok banyak di epidermis atas. Berdasarkan teori, stomata yang sel-sel penutupnya terletak pada permukaan daun disebut stomata phaneropore. Stomata seperti ini terdapat pada tumbuh-tumbuhan hydrophyt. Stomata yang letaknya dipermukaan daun ini dapat menimbulkan banyaknya pengerluaran air secara mudah dan biasanya dapat pula dikemukakan bahwa epidermisnya tidak mempunyai lapisan kutikula. . Ini merupakan adapatasi bagi kelompok tumbuhan air seperti Eceng Gondok. Tumbuhan tersebut terus menerus mendapatkan air sehingga perlu diimbangi dengan penguapan yang tinggi. Stomatanya yang diatas membantu mengurangi kandungan air tersebut, karena jika tidak, tumbuhan bisa busuk. Itulah alasan mengapa stomata yang terdapat pada permukaan daun eceng gondok jumlahnya lebih banyak dari pada yang terdapat dibagian bawah daun.
4.Tumbuhan darat
Pada percobaan tumbuhan darat kelompok kami tidak melakukan pengamatan dengan mikroskop karena keterbatasan waktu. Sehingga pada pembahasan praktikan mencari melalui referensi-referensi. Pada tumbuhan darat memiliki banyak ciri-ciri yang perlu dipelajari dalam ilmu biologi. Pada tumbuhan darat juga memilki struktur dan fungsi tersendiri. Struktur tumbuhan adalah tampilan fisik tubuh tumbuhan. Penampilan fisik dapat berupa bentuk luar (morfologis) dan bentuk dalam (anatomis). Bentuk luar mudah dikenali dari penampakan bagian tubuh (organ) tumbuhannya, sedangkan bentuk dalam hanya akan terlihat jika dilakukan pembedahan atau pembuatan sayatan tipis yang diamati di bawah mikroskop. Struktur tumbuhan darat misalnya akar, batang, daun, biji, buah dan bunga.
Daun merupakan organ yang sangat penting pada tumbuhan. Fungsi utama daun untuk fotosintesis dan pertukaran zat. Daun menyerap energi cahaya dan CO2, sedangkan airnya diserap melalui akar. Sisa respirasi dan fotosintesis dilepaskan melalui daun pula. Pada umumnya daun pipih, melebar atau meluas dan berwarna hijau. Helaian daun yang luas sangat membantu dalam menangkap energi matahari dan CO2. Cirri tersebut tentu sesuai dengan fungsinya. Ada 4 macam jaringan pada organ daun, yaitu jaringan epidermis, jaringan tiang, jaringan bunga karang, dan jaringan pengangkutan.
Jaringan epidermis merupakan lapisan sel terluar pada lapisan atas dan bawah. Sel-selnya pipih menutup jaringan di bagian dalamnya dan diantaranya berubah menjadi mulut daun (stoma). Stoma sebagai alat pertukaran zat berperan mengendalikan pelepasan/hilangnya cairan jaringan. Akan tetapi, stoma juga mengatur masuknya CO2 yang dibutuhkan untuk fotosintesis. Pengendalian pertukaran zat itu terjadi melalui pengaturan membuka menutupnya stoma. Stoma tersusun dari dua sel penutup atau sel penjaga dan beberapa sel tetangga. Pada tumbuhan darat, stoma lebih banyak di permukaan bawah daun. Pada tumbuhan yang mengapung di air, seperti teratai, stoma berada di permukaan atas daun. Pada tumbuhan tenggelam, seperti Hydrilla sp. Tidak membentuk stomata. Pada jaringan tiang tersusun dari sel-sel yang memanjang dalam posisi tegak dan berisi banyak kloroplas. Jaringan itu dapat satu lapis atau beberapa. Kloroplas adalah perangkat sel tumbuhan yang di dalamnya terdapat klorofil dan perangkat fotosintesis lainnya.
Daun juga memiliki jaringan bunga karang, yaitu merupakan lapisan sel-sel yang tidak teratur, banyak rongga udara, dan berada di bawah lapisan jaringan tiang. Sel-selnya juga berkloroplas sehingga menjadi tempat fotosintesis. Pada daun terdapat juga jaringan pengangkutan. Jaringan ini pada daun membentuk suatu system pencabangan seperti jala yang kompleks, disebut tulang daun. Tulang daun terletak diantara jaringan tiang dan jaringan bunga karang. Pada sayatan melintang tulang daun merupakan berkas pengangkut yang tersusun dari xylem dan floem.
Pada percobaan yang telah dilakukan terhadap sel epitel rongga mulut diperoleh hasil bahwa sel epitel tersebut mempnyai bagian yang tampak dibawah mikroskop seperti inti sel, sitoplasma dan membrane sel.
F. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka diperoleh beberapa simpulan :
1. Beberapa spesifikasi di dalam sel-sel atau bagian sel yang terdapat pada suatu jaringan terjadi karena adanya struktur fungsi yang menyesuaikan dengan tempat hidup dan keadaan lingkungan.
2. Sel-sel tumbuhan mempunyai berbagai bentuk, struktur anatomis yang tidak selalu sama (berfariasi) sesuai dengan fungsinya yang diperlukan dalam tubuh suatu tumbuhan.
3. Teratai dengan batang tenggelam tetapi daun terapung biasanya hanya memiliki stomata pada permukaan daun bagian atas. Eceng Gondok dengan daun terangkat di atas permukaan air memiliki lebih banyak stomata pada permukaan daun atas.
4. Tumbuhan darat memiliki stomata lebih banyak pada permukaan daun bagin bawah tetapi tumbuhan air memiliki stomata lebih banyak pada permukaan atas daun.
5. Perbedaan cirri daun tumbuhan darat dan tumbuhan air adalah tumbuhan darat memiliki daun yang kaku sedangkan tumbuhan air memiliki daun yang lunak. Tumbuhan darat mempunyai kambium dan klorofil (zat hijau daun) sedangkan tumbuhan yang didalam air dia memiliki saluran udara atau rongga udara atau saluran nafas ditengah rongga kambium untuk menyimpan cadangan udara dan tidak berklorofil (non zat hijau) sehingga fungsi dari daunnya pada tumbuhan air adalah untuk menangkap makanan
6. Sel epitel rongga mulut merupakan sel epitel selapis dengan bagiannya adalah sel, sitoplasma, dan inti sel.
G. DAFTAR PUSTAKA
Nasir, Muhammad. 1993. Penuntun Praktikum Biologi Umum. Yogyakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Tjitrosoepomo, Gembong. 1987. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press.
http://superpedia.rumahilmuindonesia.net/wiki/Hidrofit_(Tanaman) minggu, 07.03.10
http://id.answers.yahoo.com/question/ minggu, 07.03.10
http://id.wikipedia.org/wiki/Eceng_gondok minggu, 07.03.10
http://id.wikipedia.org/wiki/Daun kamis, 04.03.10
http://sweetir1s.multiply.com/journal/item/4/anatomi_dan_morfologi_Teratai_Nymphaea_sp. kamis, 04.03.10 Rida
LAMPIRAN
PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR 2
MENGENAL STRUKTUR-FUNGSI PLANTAE DAN ANIMALIA
Di susun oleh :
1. Erfina Prisca I 09312241003
2. Novalila Azni 09312241004
3. Marina Ramadani 09312241005
4. Novi Utami 09312241046
5. Rina Rahayu 09312241047
6. Kurnia Dewi Saputri 09312241048
JURUSAN PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2009
STRUKTUR TUMBUHAN DIOTIL DAN MONOKOTIL
A.TUJUAN
Mengidentifikasi cirri tumbuhan Dikotil dan Monokotil
B.LATAR BELAKANG
C.DASAR TEORI
D.ALAT DAN BAHAN
1.Pisau/silet
2.Loup
3.Mikroskop
4.Nampan Plastik
E.LANGKAH KERJA
1.Mengamati cirri-ciri organ tumbuhan seperti tertuang pada tabel untuk sejumlah tumbuhan pada nampan 1 dan nampan 2.
2.Memasukkan hasil pengamatan ke dalam tabel.
Nuphii Usiel GokieL
Minggu, 27 Maret 2011
PEMBELAHAN MITOSIS
A. JUDUL
PEMBELAHAN MITOSIS
B. TUJUAN
Mahasiswa mampu mengamati dan menjelaskan tahapan siklus sel, terutama tahapan pembelahan mitosis.
C. LATAR BELAKANG
Tubuh makhluk hidup tersususn atas banyak sel. Seperti yang telah kita ketahui sel merupakan bagian terkecil dalam tubuh makhlik hidup. Pernahkah kita berfikir, mengapa tumbuhan bisa tumbuh besar dan tinggi? Secara normal, ukuran tumbuhan tersebut berubah dari kecil menjadi besar. Apakah penyebabanya?
Untuk itu pada praktikum kali ini akan dilakukan pengamatan tentang fase-fase pembelahan sel, pada tumbuhan. Pada suatu jenis makhluk hidup sel-sel itu tidak selalu sama bentuknya, misalnya sel otot berbeda daripada sel saraf maupun sel darah. Di dalam inti sel dari kebanyakan makhluk hidup terdapat kromosom, yaitu benda-benda halus berbentuk batang panjang atau pendek dan lurus atau bengkok. Perubahan kromosom dapat kita lihat pada fase-fase pembelahan mitosis dengan menggunakan mikroskop electron.
D. DASAR TEORI
Sebuah sel yang sedang tumbuh selalu mengalami siklus sel, yang merupakan serangkaian proses yang berlangsung sejak pembentukannya sampai dengan mulai membelah. Siklus sel terdiri atas dua fase, yaitu interfase dan fase pembelahan. Pada sel eukariotik, pembelahan sel ada dua macam yaitu mitosis dan meiosis. Pembelahan mitosis berfungsi untuk menggandakan pertumbuhan (termasuk mengganti sel-sel yang rusak atau mati), sedangkan pembelahan meiosis bertujuan untuk membentuk sel-sel perkembangbiakan (gamet).
Selama bertahun-tahun para ahli biologi sel lebih banyak mencurahkan perhatiannya kepada fase pembelahan sel karena perubahan-perubahan yang dramatis yang berlangsung di dalamnya dapat diamati dengan mikroskop cahaya. Karena itu, mereka menganggap bahwa interfase merupakan “fase istirahat”. Hasil-hasil penelitian yang mutakhir telah berhasil mengungkapkan bahwa pada interfase sebenarnya berlangsung beberapa kegiatan yang sangat intensif, antara lain biosintesis asam deaksiribonukleat (ADN) dan pembagian komponen-komponen kromosom menjadi dua bagian yang sama. Sementara itu, ukuran sel pun bertambah menjadi kurang lebih dua kali semula.
Beberapa sel yang telah terdiferensiasi jarang sekali membelah, misalnya limfosit, sedangkan pada mamalia, sel saraf (neuron) tidak pernah membelah setelah individunya lahir. Dengan demikian, selama hidupnya neuron tersebut tetap saja dalam interfase. (Wayan Bawa, 1998 : 177-178)
Pembelahan sel secara tidak langsung adalah pembelahan sel melalui tahapan-tahapan tertentu. Tahapan-tahapan pembelahan itu ditandai dengan penampakan yang berbeda-beda dari kromosom yang dikandungnya. Sebagaimana diketahui, di dalam inti sel terdapat benang-benang kromatin. Benang-benang kromatin ini dapat menyerap zat pewarna lebih banyak sehingga bila diamati dengan mikroskop tampak lebih jelas. Kaetika sel akan membelah diri, benang-benang kromatin ini menebal dan memendek, yang kemudian disebut kromosom. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa kromosom merupakan benang pembawa sifat yang di dalamnya terdapat gen.
Pada waktu sel sedang membelah dirri, terjadi proses pembagian kromosom di dalamnya. Tingkah laku kromosom selama sel membelah dibedakan menjadi fase-fase pembelahan sel. Oleh karena pembelahan terjadi melalui fase-fase itulah maka disebut sebagai pembelahan sel secara tidak langsung. Pada dasarnya, pembelahan sel secara tidak langsung dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu pembelahan mitosis dan meiosis. (Sulisetijono,2004:82)
Siklus Mitosis
Proses pembelahan mitosis terjadi pada semua sel tubuh makhluk hidup, kecuali apda jaringan yang menghasilkan sel gamet. Proses pembelahan satu sel zigot menjadi sel tubuh yang banyak jumlahnya terjadi secara mitosis. Dengan mitosis terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan jaringan dan organ tubuh makhluk hidup. Pada pembelahan mitosis, gamet betina setelah dibuahi oleh gamet jantan akan bersifat diploid (2n) dan dinamakan zigot. Dalam perkembangannya zigot ini akan membelah berkali-kali dan proses pembelahan sel ini dinamakan mitosis. (Suryo, 1984:42)
Mitosis berlangsung dalam beberapa fase, yaitu profase, metafase, anafase, dan teloase.
1. PROFASE
1. PROFASE
Pada tahap profase, kromosom tampak sebagai benang-benang halus yang kadang-kadang saling melilit satu sama lain dan ternetang secara maksimal sehingga kromomer tampak jelas. Kemudian kromosom akan memendek dan menebal sehingga kromomer terletak begitu dekat satu sama lain. Tiap bagian dari kromosom ganda itu disebut kromatid yang dihubungkan oleh kinetokor sehingga kromosom tetap tunggal sampai metafase. Pada permulaan profase sentriol bergerak ke sisi yang berlawanan dan terbentuk benang-benang gelendong (spindel). Pada akhir profase sentriol berada di kutub-kutub yang berlawanan, serta gelendong-gelendong mengatur diri untuk menjadi penghubung antara sentriol dan kinetokor. Anak inti menyusut dan akhinya menghilang demikian juga dengan selaput inti. (Mochamad Nasir,1993:57)
2. METAFASE
Peristiwa yang paling penting dalam metafase adalah orientasi kromosom pada bidang ekuator sel. Kadang-kadang peralihan diantara profase dan merafase disebut prometafase, yang waktunya sangat singkat. Pada awal metafase, membran nukleus hilang dan kromosom mula-mula seperti tampal tidak teratur. Setelah itu, benang-benang spindel masuk ke dalam daerah pusat sel, sedangkan mikrotubulusnya merentang di anatara kedua kutub sel. Kromosom melekat dengan kinetokornya pada bidang ekuator sel. Benang-benang spindel yang berhubungan dengan kromosom dinamai benang-benang spindel kromosom, sedangkan benang-benang spindel yang lain merentang secara kontinu dari kutub ke kutub. Seluruh benang spindel membentuk gambaran seperti sangkar burung pada daerah nukleus.
Pada sel hewan dan tumbuhan yang tingkatannya lebih rendah spindel tersebut mempunyai sentriol dan aster. Adanya sentriol sebenarnya tidak mutlak dalam pembentukan spintel sebab jika sentriol tersebut sengaja dihancurkan dengan sinar laser, mitosis tetap saja berlangsung. (Wayan Bawa,1998:182)
3. ANAFASE
Proses pembagian kromatid di daerah ekuator dilanjutkan dengan membawa semua kromosom itu ke kutub sel masing-masing. Dengan demikian, ciri penting dari anafase adalah adanya satu kromatid (berisi satu set kromosom) yang sedang bergerak menuju ke kutub masing-masing. Sebagaimana diuraikan sebelumnya, yang menyebabkan kromosom itu bergerak dalah benang-benang spindel. Jumlah kromosom yang menuju ke kutub yang satu sama dengan yang menuju ke kutub yang lain. Jadi, jika sel induk memiliki 2n kromosom, setiap sel anak akan memperoleh 2n kromosom.
4. TELOFASE
Pada tahap telofase, kromosom-kromosom anakan itu menggumpal di dekat kutub masing-masing. Setelah terbentuk membran inti, kromosom akan memanjang sehingga akan tampak seperti benang-benang kromatin yang tidak teratur. Pada saat yang hampir bersamaan, akan terjadi pembelahan sitoplasma yang diikuti dengan pembentukan membran sel (dinding sel) pada bekas bidang ekuatorial. Pada sel hewan membran sel terbentuk dengan terjadinya lakukan pada daerah bidang ekuatorial. Lekukan ini menjadi semakin dalam sehingga ujung-ujungnya akan bersatu sehingga terbentuk dua sel anakan.
INTERFASE
Fase ini merupakan fase antara yang nerupakan periode antara mitosis yang satu dengan yang lainnya. Interfase bukan fase istirahat, karena justru pada fase ini metabolisme sel giat dilakukan. Meskipun tingkah laku kromosom tidak tampak karena terbentuk benang-benang kromatin yang halus, sel anak yang baru terbentuk itu sudah melakukan metabolisme. Sel perlu tumbuh dan melakukan berbagai sintesis sebelum memasuki proses pembelahan berikutnya. Mula-mula sel mengalami pertumbuhan sekunder. Penjelasannya adalah sebagai berikut :
1) Fase Pertumbuhan Primer (Growth 1 / G1)
Sel yang baru terbentuk mengalami pertumbuhan tahap pertama. Organel-organel yang ada di dalam sel, seperti mitokondria, retikulum endoplasma, kompleks golgi, dan organel lainnya memperbanyak diri guna menunjang kehidupan sel.
2) Fase sintesis (S)
Pada tahap ini, sel melakukan sintesis terutama sintesis materi genetik. Materi genetik adalah bahan-bahan yang akan diwariskan kepada keturunannya. Materi genetik yang disintesis adalah DNA.
3) Fase pertumbuhan sekunder (Growth 2 / G2)
Menjelang mitosis berikutnya, sel melakukan pertubuhan kedua dengn memperbanyak organel-organel yang dimilikinya. Hal ini dimaksudkan agar organel-organel itu dapat diwariskan kepada setiap sel keturunannya.(Sulisetijono,2004 : 84)
Mitosis pada sel tumbuhan pada dasarnya sama dengan mitosis pada sel hewan. Perbedaannya adalah bahwa sentriol pada sel tumbuhan tidak ada. Selain itu, dinding yang memisahkan antara kedua inti anakan terbentuk ketika bagian sel yang terdapat pada bekas bidang ekuatorial berfusi dengan vesikel yang berisi selulosa. Dinding pemisah ini kemudian diimpregnasi dengan pektin dan menjadi lamela tengah. Selama pembelahan mitosis terjadi pembagian sitoplasma dan bahan-bahan genetik secara sebanding. Oleh karena jumlah kromosom setiap sel anakan sama dengan kromosom sel induknya maka pembelahan ini disebut juga pembelahan ekuasi. Zat-zat kimia tertentu misalnya kolkisin atau digitonin dapat mencegah terbentuknya dinding pemisah sehingga sel tidak membelah dan jumlah kromosom menjadi lipat dua (polopidi). Pembelahan semacam ini disebut endomitosis, yang penting terutama dalam bidang pertanian, karena dapat digunakan untuk meperbaiki jenis tumbuhan sehingga dapat diperoleh hasil panen yang lebih tinggi.
Di bawah ini, digambarkan fase-fase pembelahan mitosis pada sel hewan dan sel tumbuhan.
Kelainan-kelainan pada mitosis.
Secara normal, pembelahan mitosis menghasilkan dua bahan nukleus anak (sel anak) dengan perangkat kromosom yang identik (n, 2n, dan sebagainya). Di samping itu, kadangkala dapat juga terjadi penyimpangan antara lain :
a. Tetraploidi
Jika sel diberikan kolhisin, maka mitosis tidak dapat berlangsung seperti biasa karena kromosom tidak dapat berpisah menjadi dua kelompok. Dengan demikian, sel yang semula diploid menjadi tetraploid. Hal ini disebabkan karena kolhisin mencegah pembentukan mikrotubulus spindel dan menghancurkan mikrotubulus yang sudah ada. Biji-biji yang berasal dari tumbuhan tetraploid menghasilkan tumbuhan yang lebih besar dan lebih kuat daripada tanaman induknya yang diploid.
b. Tumor
Sekelompok sel yang tumbuh dan membelah secara abnormal dapat membentuk tumor (benjolan). Beberapa tumor bersifat jinak, artinya samapi tahap tertentu pertumbuhannya berhenti. Sebaliknya ada pula tumor ganas atau kanker, yang sel-selnya terus menerus tumbuh dan membelah sehingga mendesak dan merusak jaringan yang ada di sekitarnya. Individu yang sel-selnya demikian biasanya tidak berumur panjang. (Wayan Bawa,1998:184-185)
E. ALAT DAN BAHAN
1) Mikroskop cahaya
2) Ujung akar bawang merah (Allium cepa)
3) Kaca benda dan kaca penutup
4) Kertas hisap
5) Pipet tetes
6) Tisu
7) Pinset
8) Alkohol 70 %
9) Gelas arloji
10) Silet berkarat
11) HCL 1 M
12) Silet tajam
13) Acetocarmin
14) Botol ampul
15) Pembakar spritus dan korek api
16) Plastik dan karet
17) FAA
F. CARA KERJA
Tahap Persiapan
Pada tahapan persiapan ini adalah tahap penumbuhan akar bawang merah (Allium cepa) dan pemotongan akar bawang merah. Penumbuhan akar dilakukan di dalam gelas plastik yang berisi air selama 1 minggu, dengan cara menusuk bagian tengahian rupa sehingga hanya bagian akarnya saja yang menyentuh air. Melakukan pemotongan ujung bawah akar pada malam hari sebelum praktikum pukul 00.00-00.15. Memotong akar sepanjang 1 cm dari ujung dan selanjutnya merendam akar dalam botol ampul yang sudah diisi dengan larutan FAA, lalu menutup botol ampul dengan plastik dan diikat dengan karet.
Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan meliputi pembuatan preparat dan pengamatan fase-fase mitosis di bawah mikroskop. Untuk membuat preparat dilakukan cara mengambil potongan ujung akar bawang merah dari botol ampul dengan pinset. Kemudian memindahkannya ke dalam gelas arloji dan menambahkan alkohol 70% dan membiarkan terendam selama 2 menit.
Setelah 2 menit, menghisap alkohol 70% dengan kertas hisap kemudian menambahkan larutan HCL 1 M dan merendamnya selama 5 menit. Setelah 5 menit berlalu, mengambil potongan akar bawang merah dari gelas arloji, memotong bagian ujung (tudung akar) dan meletakkannya pada kaca benda. Langkah selanjutnya adalah menetesi dengan larutan acetocarmin, lalu dicacah dengan silet berkarat kemudian ditutup dengan kaca penutup. Sebelum diamati di bawah mikroskop, melewatkan preparat di atas lampu spritus, selanjutnya menggilasnya dengan jempol, lalu setelah itu mengamatinya dari bawah mikroskop.
G. HASIL PENGAMATAN
1. PROFASE
Perbesaran 10X
Pada gambar (foto) diatas ada dua fase yang dapat dilihat yaitu profase dan anafase, namun lebih banyak profase. Hanya ada satu sel yang mengalami anafase. Profase dapat dilihat dengan ciri-ciri nukleus mulai menghilang dan kromosom mulai timbul.
2. METAFASE
Perbesaran 10X
Pada gambar (foto) diatas metaphase tampak jelas dengan ciri-ciri munculnya gelendong . hal yang paling jelas menunjukkan metafase adalah kromosom terletak pada satu bidang ekuator. Profase tetap mendominasi.
3. ANAFASE
Perbesaran 10X
Pada gambar (foto) daiatas ini seperti pada gambar 1 (sebagian besar profase) ada anafase dengan ciri-ciri kromosom bergerak mulai memisah menuju kutub.
H. PEMBAHASAN
Percobaan berjudul pembelahan mitosis ini bertujuan untuk mengamati dan menjelaskan tahapan siklus sel, terutama pembelahan mitosis. Bedasarkan literatur disebutkan bahwa pembelahan mitosis merupakan pembelahan yang menghasilkan sel anakan dengan jumlah kromosom sama dengan sel induknya. Pembelahan ini terjadi pada sel-sel somatik, yaitu sel yang menyusun hampir seluruh jaringan dalam tubuh. Sifat-sifat dari pembelahan mitosis diantaranya adalah:
1. Pembelahan yang memisahkan sister chromatids
2. Satu pembelahan tiap daun yaitu satu pembelahan sitoplasma (sitokinesis) tiap satu pembelahan kromosom yang sama.
3. Kromosom tidak berpasangan; biasanya tidak terbentuk kiasmata; tidak terjadi pertukaran genetik antara kromosom homolog.
4. Dari satu sel dihasilkan 2 sel anak tiap daun.
5. Kandungan genetik dari hasil mitosis identik.
6. Jumlah kromosom sel anak sama dengan jumlah kromosom sel induk.
7. Hasil dari mitosis ini dapat mengalami pembelahan mitosis lagi.
8. Biasanya terjadi pada hampir semua sel somatis.
9. Dimulai dari zigot dan berlangsung terus sepanjang kehidupan organisme.
(Stansfield, 1969 : 17-18)
Pada percobaan kali ini objek yang akan diamati adalah akar bawang merah (Allium cepa). Dipilihnya akar bawang merah sebagai objek pengamatan dimaksudkan agar mudah dilakukan pengamatan di bawah mikroskop karena pada sel bawang merah terdapat zat warna, sehingga kromosom-kromosom yang membelah diri akan tampak. Langkah kerja pada percobaan ini terdiri dari dua tahap yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Tahap persiapan adalah tahap penumbuhan dan pemotongan akar bawang merah. Dari kedua tahap tersebut, ada tiga jenis larutan yang digunakan, yaitu alkohol 70%, FAA, dan acetocarmin. Dari ketiga jenis larutan tersebut yang berfungsi sebagai bahan pewarna preparat yaitu acetocarmin. Pada percobaan ini, praktikan hanya tinggal melakukan tahap pelaksanaan saja, karena tahap persiapan telah dilakukan sebelumnya oleh para laborat. Pada tahap pelaksanaan meliputi pembuatan preparat dan pengamatannya di bawah mikroskop. Pemotongan ujung akar yang akan diamati yaitu sekitar satu milimeter pada bagian ujung. Bagian ujung dari akar inilah yang termasuk daerah meristem akar atau daerah pembelahan.
PROFASE
METAFASE
ANAFASE
Berdasarkan hasil pengamatan yang disesuaikan dengan teori, ditemukan dalam percobaan jenis sel ujung akar bawang merah yang sedang melakukan proses pembelahan mitosis dalam tahapan anafase. Tahapan ini ditandai dengan kromatid-kromatid saudari yang memisah dibagian sentromer dan tertarik ke kutub-kutub yang bersebrangan. Seiring bergeraknya masing-masing kromatid melalui sitosol yang kental, lengannya bergerak lambat dibelakang sentromernya (yang melekat ke serabut gelendong melalui kinetokor), sehingga memberi bentuk khas pada kromatid tersebut, tergantung pada letak sentromernya. Kromosom-kromosom metasentrik tampak berbentuk V , kromosom-kromosom submetasentrik berbentuk J, sedangkan kromosom telosentrik tampak seperti batang. Pada sel yang sedang dalam fase Anafase terlihat jelas kromosom yang terkumpul pada kutub masing-masing dari sel tersebut. Pengamatan tersebut semakin menyakinkan kami setelah kami melihat model fase-fase pembelahan yang terdapat di ruang genetika.
TELOFASE
Pada pengamatan yang dilakukan tidak ditemukan tahap telofase sehingga pada pembahasan ini di peroleh data dari literature. Pada tahap telofase, kromosom-kromosom anakan itu menggumpal di dekat kutub masing-masing. Setelah terbentuk membran inti, kromosom akan memanjang sehingga akan tampak seperti benang-benang kromatin yang tidak teratur. Pada saat yang hampir bersamaan, akan terjadi pembelahan sitoplasma yang diikuti dengan pembentukan membran sel (dinding sel) pada bekas bidang ekuatorial.
Fase ini merupakan fase terakhir pada mitosis. Pada fase ini nampak adanya dinding pemisah yang berupa sekat yang belum sempurna yang memisahkan kromosom-kromosom yang telah mencapai kutub. Sekat belum sempurna dan sel belum benar-benar terpisah tetapi tanda akan terbentuknya dua sel sudah mulai tampak. Telofase akhir pada fase ini sel benar-benar telah utuh. Dinding sel terlihat jelas dan kromosom yang tebal nampak berkumpul di tengah.
I. KESIMPULAN
Dari pengamatan yang telah dilakukan mengenai Pembelahn Mitosis dapat disimpulkan bahwa:
1. Tahapan-tahapan pembelahan mitosis sesuai literatur adalah profase, metafase, anafase, dan telofase.
2. Dalam percobaan tahapan mitosis yang ditemukan adalah profase, metafase, dan anafase.
3. Tahapan yang paling sering dijumpai adalah pembelahan tahap profase, karena APA
J. DAFTAR PUSTAKA
Bawa, Wayan. 1988. Dasar-Dasar Biologi Sel. Jakarta : Depdikbud.
John W,Kimball. 1998. Biologi Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Nasir, Muhammad dkk. 1993. Penuntun Praktikum Biologi Umum. Yogyakarta: Depdikbud.
Sulietijono. 2004. BIOLOGI. Jakarta: Erlangga.
Suryo. 1984. Genetika Strata I. Yogyakarta: UGM Press.
LAMPIRAN
JAWABAN PERTANYAAN
1. Tahapan yang sebagian besar dijumpai pada saat pengamatan adalah profase karena
2. Tahapan yang sama pada jaringan lain pada tanaman bawang dapat dapat diamati misalnya pada ujung batang karena sel-sel penyusunnya adalah sel-sel somatik seperti pada ujung akar. Selain itu mitosis merupakan pembelahan sel yang umumnya terjadi pada sel-sel yang hidup terutama sel-sel yang sedang tumbuh, dan dan sel-sel ini umnya terdapat pada ujung akar dan ujung batang tumbuhan.
3. Pembelahan sel kanker jika dibandingkan dengan pembelahan sel normal adalah pembelahan sel kanker tidak menanggapi secara normal mekanisme pengontrolan tubuh seperti halnya sel normal. Sel kanker membelah secara berlebihan dan menyerang jaringan lain. Sel kanker tidak butuh factor pertumbuhan dalam medium kulturnya. Sel itu mungkin membuat faktor pertumbuhannya sendiri atau memiliki abnormalitas pada jalur pensinyalan yang menghantarkan sinyal factor pertumbuhan ke sistem pengontrilan siklus sel; atau sistem pengontrolan silus sel itu sendiri yang abnormal. Terdapat perbedaan penting alin antara sel nomal dan sel kanker yang mencermikan kekacauan siklus sel. Jika dan ketika membelah, sel kanker melakukan hal ini pada sembatang titik pada siklusnya, bukan pada check point normal saja. Disamping itu, sel kanker dapat terus membelah secara tidak terbatas jika sel itu diberi pasokan nutrient secara terus menerus; sel itu dikatakan menjadi “abadi (immortal)”.
PEMBELAHAN MITOSIS
B. TUJUAN
Mahasiswa mampu mengamati dan menjelaskan tahapan siklus sel, terutama tahapan pembelahan mitosis.
C. LATAR BELAKANG
Tubuh makhluk hidup tersususn atas banyak sel. Seperti yang telah kita ketahui sel merupakan bagian terkecil dalam tubuh makhlik hidup. Pernahkah kita berfikir, mengapa tumbuhan bisa tumbuh besar dan tinggi? Secara normal, ukuran tumbuhan tersebut berubah dari kecil menjadi besar. Apakah penyebabanya?
Untuk itu pada praktikum kali ini akan dilakukan pengamatan tentang fase-fase pembelahan sel, pada tumbuhan. Pada suatu jenis makhluk hidup sel-sel itu tidak selalu sama bentuknya, misalnya sel otot berbeda daripada sel saraf maupun sel darah. Di dalam inti sel dari kebanyakan makhluk hidup terdapat kromosom, yaitu benda-benda halus berbentuk batang panjang atau pendek dan lurus atau bengkok. Perubahan kromosom dapat kita lihat pada fase-fase pembelahan mitosis dengan menggunakan mikroskop electron.
D. DASAR TEORI
Sebuah sel yang sedang tumbuh selalu mengalami siklus sel, yang merupakan serangkaian proses yang berlangsung sejak pembentukannya sampai dengan mulai membelah. Siklus sel terdiri atas dua fase, yaitu interfase dan fase pembelahan. Pada sel eukariotik, pembelahan sel ada dua macam yaitu mitosis dan meiosis. Pembelahan mitosis berfungsi untuk menggandakan pertumbuhan (termasuk mengganti sel-sel yang rusak atau mati), sedangkan pembelahan meiosis bertujuan untuk membentuk sel-sel perkembangbiakan (gamet).
Selama bertahun-tahun para ahli biologi sel lebih banyak mencurahkan perhatiannya kepada fase pembelahan sel karena perubahan-perubahan yang dramatis yang berlangsung di dalamnya dapat diamati dengan mikroskop cahaya. Karena itu, mereka menganggap bahwa interfase merupakan “fase istirahat”. Hasil-hasil penelitian yang mutakhir telah berhasil mengungkapkan bahwa pada interfase sebenarnya berlangsung beberapa kegiatan yang sangat intensif, antara lain biosintesis asam deaksiribonukleat (ADN) dan pembagian komponen-komponen kromosom menjadi dua bagian yang sama. Sementara itu, ukuran sel pun bertambah menjadi kurang lebih dua kali semula.
Beberapa sel yang telah terdiferensiasi jarang sekali membelah, misalnya limfosit, sedangkan pada mamalia, sel saraf (neuron) tidak pernah membelah setelah individunya lahir. Dengan demikian, selama hidupnya neuron tersebut tetap saja dalam interfase. (Wayan Bawa, 1998 : 177-178)
Pembelahan sel secara tidak langsung adalah pembelahan sel melalui tahapan-tahapan tertentu. Tahapan-tahapan pembelahan itu ditandai dengan penampakan yang berbeda-beda dari kromosom yang dikandungnya. Sebagaimana diketahui, di dalam inti sel terdapat benang-benang kromatin. Benang-benang kromatin ini dapat menyerap zat pewarna lebih banyak sehingga bila diamati dengan mikroskop tampak lebih jelas. Kaetika sel akan membelah diri, benang-benang kromatin ini menebal dan memendek, yang kemudian disebut kromosom. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa kromosom merupakan benang pembawa sifat yang di dalamnya terdapat gen.
Pada waktu sel sedang membelah dirri, terjadi proses pembagian kromosom di dalamnya. Tingkah laku kromosom selama sel membelah dibedakan menjadi fase-fase pembelahan sel. Oleh karena pembelahan terjadi melalui fase-fase itulah maka disebut sebagai pembelahan sel secara tidak langsung. Pada dasarnya, pembelahan sel secara tidak langsung dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu pembelahan mitosis dan meiosis. (Sulisetijono,2004:82)
Siklus Mitosis
Proses pembelahan mitosis terjadi pada semua sel tubuh makhluk hidup, kecuali apda jaringan yang menghasilkan sel gamet. Proses pembelahan satu sel zigot menjadi sel tubuh yang banyak jumlahnya terjadi secara mitosis. Dengan mitosis terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan jaringan dan organ tubuh makhluk hidup. Pada pembelahan mitosis, gamet betina setelah dibuahi oleh gamet jantan akan bersifat diploid (2n) dan dinamakan zigot. Dalam perkembangannya zigot ini akan membelah berkali-kali dan proses pembelahan sel ini dinamakan mitosis. (Suryo, 1984:42)
Mitosis berlangsung dalam beberapa fase, yaitu profase, metafase, anafase, dan teloase.
1. PROFASE
1. PROFASE
Pada tahap profase, kromosom tampak sebagai benang-benang halus yang kadang-kadang saling melilit satu sama lain dan ternetang secara maksimal sehingga kromomer tampak jelas. Kemudian kromosom akan memendek dan menebal sehingga kromomer terletak begitu dekat satu sama lain. Tiap bagian dari kromosom ganda itu disebut kromatid yang dihubungkan oleh kinetokor sehingga kromosom tetap tunggal sampai metafase. Pada permulaan profase sentriol bergerak ke sisi yang berlawanan dan terbentuk benang-benang gelendong (spindel). Pada akhir profase sentriol berada di kutub-kutub yang berlawanan, serta gelendong-gelendong mengatur diri untuk menjadi penghubung antara sentriol dan kinetokor. Anak inti menyusut dan akhinya menghilang demikian juga dengan selaput inti. (Mochamad Nasir,1993:57)
2. METAFASE
Peristiwa yang paling penting dalam metafase adalah orientasi kromosom pada bidang ekuator sel. Kadang-kadang peralihan diantara profase dan merafase disebut prometafase, yang waktunya sangat singkat. Pada awal metafase, membran nukleus hilang dan kromosom mula-mula seperti tampal tidak teratur. Setelah itu, benang-benang spindel masuk ke dalam daerah pusat sel, sedangkan mikrotubulusnya merentang di anatara kedua kutub sel. Kromosom melekat dengan kinetokornya pada bidang ekuator sel. Benang-benang spindel yang berhubungan dengan kromosom dinamai benang-benang spindel kromosom, sedangkan benang-benang spindel yang lain merentang secara kontinu dari kutub ke kutub. Seluruh benang spindel membentuk gambaran seperti sangkar burung pada daerah nukleus.
Pada sel hewan dan tumbuhan yang tingkatannya lebih rendah spindel tersebut mempunyai sentriol dan aster. Adanya sentriol sebenarnya tidak mutlak dalam pembentukan spintel sebab jika sentriol tersebut sengaja dihancurkan dengan sinar laser, mitosis tetap saja berlangsung. (Wayan Bawa,1998:182)
3. ANAFASE
Proses pembagian kromatid di daerah ekuator dilanjutkan dengan membawa semua kromosom itu ke kutub sel masing-masing. Dengan demikian, ciri penting dari anafase adalah adanya satu kromatid (berisi satu set kromosom) yang sedang bergerak menuju ke kutub masing-masing. Sebagaimana diuraikan sebelumnya, yang menyebabkan kromosom itu bergerak dalah benang-benang spindel. Jumlah kromosom yang menuju ke kutub yang satu sama dengan yang menuju ke kutub yang lain. Jadi, jika sel induk memiliki 2n kromosom, setiap sel anak akan memperoleh 2n kromosom.
4. TELOFASE
Pada tahap telofase, kromosom-kromosom anakan itu menggumpal di dekat kutub masing-masing. Setelah terbentuk membran inti, kromosom akan memanjang sehingga akan tampak seperti benang-benang kromatin yang tidak teratur. Pada saat yang hampir bersamaan, akan terjadi pembelahan sitoplasma yang diikuti dengan pembentukan membran sel (dinding sel) pada bekas bidang ekuatorial. Pada sel hewan membran sel terbentuk dengan terjadinya lakukan pada daerah bidang ekuatorial. Lekukan ini menjadi semakin dalam sehingga ujung-ujungnya akan bersatu sehingga terbentuk dua sel anakan.
INTERFASE
Fase ini merupakan fase antara yang nerupakan periode antara mitosis yang satu dengan yang lainnya. Interfase bukan fase istirahat, karena justru pada fase ini metabolisme sel giat dilakukan. Meskipun tingkah laku kromosom tidak tampak karena terbentuk benang-benang kromatin yang halus, sel anak yang baru terbentuk itu sudah melakukan metabolisme. Sel perlu tumbuh dan melakukan berbagai sintesis sebelum memasuki proses pembelahan berikutnya. Mula-mula sel mengalami pertumbuhan sekunder. Penjelasannya adalah sebagai berikut :
1) Fase Pertumbuhan Primer (Growth 1 / G1)
Sel yang baru terbentuk mengalami pertumbuhan tahap pertama. Organel-organel yang ada di dalam sel, seperti mitokondria, retikulum endoplasma, kompleks golgi, dan organel lainnya memperbanyak diri guna menunjang kehidupan sel.
2) Fase sintesis (S)
Pada tahap ini, sel melakukan sintesis terutama sintesis materi genetik. Materi genetik adalah bahan-bahan yang akan diwariskan kepada keturunannya. Materi genetik yang disintesis adalah DNA.
3) Fase pertumbuhan sekunder (Growth 2 / G2)
Menjelang mitosis berikutnya, sel melakukan pertubuhan kedua dengn memperbanyak organel-organel yang dimilikinya. Hal ini dimaksudkan agar organel-organel itu dapat diwariskan kepada setiap sel keturunannya.(Sulisetijono,2004 : 84)
Mitosis pada sel tumbuhan pada dasarnya sama dengan mitosis pada sel hewan. Perbedaannya adalah bahwa sentriol pada sel tumbuhan tidak ada. Selain itu, dinding yang memisahkan antara kedua inti anakan terbentuk ketika bagian sel yang terdapat pada bekas bidang ekuatorial berfusi dengan vesikel yang berisi selulosa. Dinding pemisah ini kemudian diimpregnasi dengan pektin dan menjadi lamela tengah. Selama pembelahan mitosis terjadi pembagian sitoplasma dan bahan-bahan genetik secara sebanding. Oleh karena jumlah kromosom setiap sel anakan sama dengan kromosom sel induknya maka pembelahan ini disebut juga pembelahan ekuasi. Zat-zat kimia tertentu misalnya kolkisin atau digitonin dapat mencegah terbentuknya dinding pemisah sehingga sel tidak membelah dan jumlah kromosom menjadi lipat dua (polopidi). Pembelahan semacam ini disebut endomitosis, yang penting terutama dalam bidang pertanian, karena dapat digunakan untuk meperbaiki jenis tumbuhan sehingga dapat diperoleh hasil panen yang lebih tinggi.
Di bawah ini, digambarkan fase-fase pembelahan mitosis pada sel hewan dan sel tumbuhan.
Kelainan-kelainan pada mitosis.
Secara normal, pembelahan mitosis menghasilkan dua bahan nukleus anak (sel anak) dengan perangkat kromosom yang identik (n, 2n, dan sebagainya). Di samping itu, kadangkala dapat juga terjadi penyimpangan antara lain :
a. Tetraploidi
Jika sel diberikan kolhisin, maka mitosis tidak dapat berlangsung seperti biasa karena kromosom tidak dapat berpisah menjadi dua kelompok. Dengan demikian, sel yang semula diploid menjadi tetraploid. Hal ini disebabkan karena kolhisin mencegah pembentukan mikrotubulus spindel dan menghancurkan mikrotubulus yang sudah ada. Biji-biji yang berasal dari tumbuhan tetraploid menghasilkan tumbuhan yang lebih besar dan lebih kuat daripada tanaman induknya yang diploid.
b. Tumor
Sekelompok sel yang tumbuh dan membelah secara abnormal dapat membentuk tumor (benjolan). Beberapa tumor bersifat jinak, artinya samapi tahap tertentu pertumbuhannya berhenti. Sebaliknya ada pula tumor ganas atau kanker, yang sel-selnya terus menerus tumbuh dan membelah sehingga mendesak dan merusak jaringan yang ada di sekitarnya. Individu yang sel-selnya demikian biasanya tidak berumur panjang. (Wayan Bawa,1998:184-185)
E. ALAT DAN BAHAN
1) Mikroskop cahaya
2) Ujung akar bawang merah (Allium cepa)
3) Kaca benda dan kaca penutup
4) Kertas hisap
5) Pipet tetes
6) Tisu
7) Pinset
8) Alkohol 70 %
9) Gelas arloji
10) Silet berkarat
11) HCL 1 M
12) Silet tajam
13) Acetocarmin
14) Botol ampul
15) Pembakar spritus dan korek api
16) Plastik dan karet
17) FAA
F. CARA KERJA
Tahap Persiapan
Pada tahapan persiapan ini adalah tahap penumbuhan akar bawang merah (Allium cepa) dan pemotongan akar bawang merah. Penumbuhan akar dilakukan di dalam gelas plastik yang berisi air selama 1 minggu, dengan cara menusuk bagian tengahian rupa sehingga hanya bagian akarnya saja yang menyentuh air. Melakukan pemotongan ujung bawah akar pada malam hari sebelum praktikum pukul 00.00-00.15. Memotong akar sepanjang 1 cm dari ujung dan selanjutnya merendam akar dalam botol ampul yang sudah diisi dengan larutan FAA, lalu menutup botol ampul dengan plastik dan diikat dengan karet.
Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan meliputi pembuatan preparat dan pengamatan fase-fase mitosis di bawah mikroskop. Untuk membuat preparat dilakukan cara mengambil potongan ujung akar bawang merah dari botol ampul dengan pinset. Kemudian memindahkannya ke dalam gelas arloji dan menambahkan alkohol 70% dan membiarkan terendam selama 2 menit.
Setelah 2 menit, menghisap alkohol 70% dengan kertas hisap kemudian menambahkan larutan HCL 1 M dan merendamnya selama 5 menit. Setelah 5 menit berlalu, mengambil potongan akar bawang merah dari gelas arloji, memotong bagian ujung (tudung akar) dan meletakkannya pada kaca benda. Langkah selanjutnya adalah menetesi dengan larutan acetocarmin, lalu dicacah dengan silet berkarat kemudian ditutup dengan kaca penutup. Sebelum diamati di bawah mikroskop, melewatkan preparat di atas lampu spritus, selanjutnya menggilasnya dengan jempol, lalu setelah itu mengamatinya dari bawah mikroskop.
G. HASIL PENGAMATAN
1. PROFASE
Perbesaran 10X
Pada gambar (foto) diatas ada dua fase yang dapat dilihat yaitu profase dan anafase, namun lebih banyak profase. Hanya ada satu sel yang mengalami anafase. Profase dapat dilihat dengan ciri-ciri nukleus mulai menghilang dan kromosom mulai timbul.
2. METAFASE
Perbesaran 10X
Pada gambar (foto) diatas metaphase tampak jelas dengan ciri-ciri munculnya gelendong . hal yang paling jelas menunjukkan metafase adalah kromosom terletak pada satu bidang ekuator. Profase tetap mendominasi.
3. ANAFASE
Perbesaran 10X
Pada gambar (foto) daiatas ini seperti pada gambar 1 (sebagian besar profase) ada anafase dengan ciri-ciri kromosom bergerak mulai memisah menuju kutub.
H. PEMBAHASAN
Percobaan berjudul pembelahan mitosis ini bertujuan untuk mengamati dan menjelaskan tahapan siklus sel, terutama pembelahan mitosis. Bedasarkan literatur disebutkan bahwa pembelahan mitosis merupakan pembelahan yang menghasilkan sel anakan dengan jumlah kromosom sama dengan sel induknya. Pembelahan ini terjadi pada sel-sel somatik, yaitu sel yang menyusun hampir seluruh jaringan dalam tubuh. Sifat-sifat dari pembelahan mitosis diantaranya adalah:
1. Pembelahan yang memisahkan sister chromatids
2. Satu pembelahan tiap daun yaitu satu pembelahan sitoplasma (sitokinesis) tiap satu pembelahan kromosom yang sama.
3. Kromosom tidak berpasangan; biasanya tidak terbentuk kiasmata; tidak terjadi pertukaran genetik antara kromosom homolog.
4. Dari satu sel dihasilkan 2 sel anak tiap daun.
5. Kandungan genetik dari hasil mitosis identik.
6. Jumlah kromosom sel anak sama dengan jumlah kromosom sel induk.
7. Hasil dari mitosis ini dapat mengalami pembelahan mitosis lagi.
8. Biasanya terjadi pada hampir semua sel somatis.
9. Dimulai dari zigot dan berlangsung terus sepanjang kehidupan organisme.
(Stansfield, 1969 : 17-18)
Pada percobaan kali ini objek yang akan diamati adalah akar bawang merah (Allium cepa). Dipilihnya akar bawang merah sebagai objek pengamatan dimaksudkan agar mudah dilakukan pengamatan di bawah mikroskop karena pada sel bawang merah terdapat zat warna, sehingga kromosom-kromosom yang membelah diri akan tampak. Langkah kerja pada percobaan ini terdiri dari dua tahap yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Tahap persiapan adalah tahap penumbuhan dan pemotongan akar bawang merah. Dari kedua tahap tersebut, ada tiga jenis larutan yang digunakan, yaitu alkohol 70%, FAA, dan acetocarmin. Dari ketiga jenis larutan tersebut yang berfungsi sebagai bahan pewarna preparat yaitu acetocarmin. Pada percobaan ini, praktikan hanya tinggal melakukan tahap pelaksanaan saja, karena tahap persiapan telah dilakukan sebelumnya oleh para laborat. Pada tahap pelaksanaan meliputi pembuatan preparat dan pengamatannya di bawah mikroskop. Pemotongan ujung akar yang akan diamati yaitu sekitar satu milimeter pada bagian ujung. Bagian ujung dari akar inilah yang termasuk daerah meristem akar atau daerah pembelahan.
PROFASE
METAFASE
ANAFASE
Berdasarkan hasil pengamatan yang disesuaikan dengan teori, ditemukan dalam percobaan jenis sel ujung akar bawang merah yang sedang melakukan proses pembelahan mitosis dalam tahapan anafase. Tahapan ini ditandai dengan kromatid-kromatid saudari yang memisah dibagian sentromer dan tertarik ke kutub-kutub yang bersebrangan. Seiring bergeraknya masing-masing kromatid melalui sitosol yang kental, lengannya bergerak lambat dibelakang sentromernya (yang melekat ke serabut gelendong melalui kinetokor), sehingga memberi bentuk khas pada kromatid tersebut, tergantung pada letak sentromernya. Kromosom-kromosom metasentrik tampak berbentuk V , kromosom-kromosom submetasentrik berbentuk J, sedangkan kromosom telosentrik tampak seperti batang. Pada sel yang sedang dalam fase Anafase terlihat jelas kromosom yang terkumpul pada kutub masing-masing dari sel tersebut. Pengamatan tersebut semakin menyakinkan kami setelah kami melihat model fase-fase pembelahan yang terdapat di ruang genetika.
TELOFASE
Pada pengamatan yang dilakukan tidak ditemukan tahap telofase sehingga pada pembahasan ini di peroleh data dari literature. Pada tahap telofase, kromosom-kromosom anakan itu menggumpal di dekat kutub masing-masing. Setelah terbentuk membran inti, kromosom akan memanjang sehingga akan tampak seperti benang-benang kromatin yang tidak teratur. Pada saat yang hampir bersamaan, akan terjadi pembelahan sitoplasma yang diikuti dengan pembentukan membran sel (dinding sel) pada bekas bidang ekuatorial.
Fase ini merupakan fase terakhir pada mitosis. Pada fase ini nampak adanya dinding pemisah yang berupa sekat yang belum sempurna yang memisahkan kromosom-kromosom yang telah mencapai kutub. Sekat belum sempurna dan sel belum benar-benar terpisah tetapi tanda akan terbentuknya dua sel sudah mulai tampak. Telofase akhir pada fase ini sel benar-benar telah utuh. Dinding sel terlihat jelas dan kromosom yang tebal nampak berkumpul di tengah.
I. KESIMPULAN
Dari pengamatan yang telah dilakukan mengenai Pembelahn Mitosis dapat disimpulkan bahwa:
1. Tahapan-tahapan pembelahan mitosis sesuai literatur adalah profase, metafase, anafase, dan telofase.
2. Dalam percobaan tahapan mitosis yang ditemukan adalah profase, metafase, dan anafase.
3. Tahapan yang paling sering dijumpai adalah pembelahan tahap profase, karena APA
J. DAFTAR PUSTAKA
Bawa, Wayan. 1988. Dasar-Dasar Biologi Sel. Jakarta : Depdikbud.
John W,Kimball. 1998. Biologi Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Nasir, Muhammad dkk. 1993. Penuntun Praktikum Biologi Umum. Yogyakarta: Depdikbud.
Sulietijono. 2004. BIOLOGI. Jakarta: Erlangga.
Suryo. 1984. Genetika Strata I. Yogyakarta: UGM Press.
LAMPIRAN
JAWABAN PERTANYAAN
1. Tahapan yang sebagian besar dijumpai pada saat pengamatan adalah profase karena
2. Tahapan yang sama pada jaringan lain pada tanaman bawang dapat dapat diamati misalnya pada ujung batang karena sel-sel penyusunnya adalah sel-sel somatik seperti pada ujung akar. Selain itu mitosis merupakan pembelahan sel yang umumnya terjadi pada sel-sel yang hidup terutama sel-sel yang sedang tumbuh, dan dan sel-sel ini umnya terdapat pada ujung akar dan ujung batang tumbuhan.
3. Pembelahan sel kanker jika dibandingkan dengan pembelahan sel normal adalah pembelahan sel kanker tidak menanggapi secara normal mekanisme pengontrolan tubuh seperti halnya sel normal. Sel kanker membelah secara berlebihan dan menyerang jaringan lain. Sel kanker tidak butuh factor pertumbuhan dalam medium kulturnya. Sel itu mungkin membuat faktor pertumbuhannya sendiri atau memiliki abnormalitas pada jalur pensinyalan yang menghantarkan sinyal factor pertumbuhan ke sistem pengontrilan siklus sel; atau sistem pengontrolan silus sel itu sendiri yang abnormal. Terdapat perbedaan penting alin antara sel nomal dan sel kanker yang mencermikan kekacauan siklus sel. Jika dan ketika membelah, sel kanker melakukan hal ini pada sembatang titik pada siklusnya, bukan pada check point normal saja. Disamping itu, sel kanker dapat terus membelah secara tidak terbatas jika sel itu diberi pasokan nutrient secara terus menerus; sel itu dikatakan menjadi “abadi (immortal)”.
PLASMOLISIS
A. JUDUL
PLASMOLISIS
B. TUJUAN
1) Menemkan fakta tentang gejala plasmolisis
2) Menunjukkan faktor penyebab plasmolisis
3) Mendeskripsikan peristiwa plasmolisis
4) Menunjukkan hubungan antara plasmolisis dengan status potensial osmotik antara cairan selnya dengan larutan di lingkungannya.
C. LATAR BELAKANG
Tumbuhan merupakan makhluk hidup multiseluler. Sel tumbuhan terdiri atas dinding sel, inti sel dan organel-organel yang ada di dalamnya. Selain itu pada sel tumbuhan terdapat sitoplasma yang dibungkus oleh membrane plasma yang merupakan membrane dwilapis yang mampu mengatur secara selektif aliran cairan dari lingkungan suatu sel ke dalam sel dan sebaliknya. Apabila suatu sel tumbuhan diletakkan di dalam suatu larutan yang konsenrasinya lebih tinggi daripada di dalam sel, maka air akan meninggalkan sel sehingga volume isi sel berkurang. Karena dinding sel bersifat permeable maka ruang antara membrane plasma dan dinding sel akan diisi larutan dari luar. Peristiwa ini berlangsung sampai konsentrasi di dalam dan diluar sel sama besar.
Akibat peristiwa tersebut, maka protoplasma yang kehilangan air akan menyusut volumenya dan akhirnya akan terlepas dari dinding sel. Peristiwa tersebut dinamakan dengan plasmolisis.Dalam proses osmosis terdapat beberapa komponen penting, yakni Potensial Air (PA), Potensial Osmotic (PO) dan Potensial Tekanan (PT).Untuk mengetahui nilai potensial osmotic cairan sel, salah satunya dapat digunakan dengan metode plasmolisis.Dari gambaran diatas maka untuk mengetahui berapa besar konsentrasi larutan sukrosa yang dapat menyebabkan 50% sel dari jumlah sel yang terplasmolisis.
Oleh karena itu, dilakukan percobaan secara eksperimental pada sel epidermis daun Rhoe discolor dengan perlakuan direndam kedalam larutan sukrosa dengan konsentrasi yang berbeda-beda dan mengkontrol waktu perendaman.
D. KAJIAN PUSTAKA
Peristiwa plasmolisis adalah peristiwa lepasnya membrane sel dari dinding sel sebagai dampak dari hipertonisnya larutan dari luar sel, sehingga cairan yang berada di dalam sel keluar dari sel dan akibatnya tekanan turgor sel menjadi nol. Efek selanjutnya yang ditimbulkan adalah karena potensial air dalam sel lebih tinggi dari luar sel, maka air di luar sel bergerak ke dalam dinding sel mendesak membran sel yang mengakibatkan membrane sel terlepas dari dinding sel. Larutan tersebut tidak dapat menembus membrane sel karena memiliki ukuran yang lebih besar dari molekul air. Pendapat ini sesuai dengan pernyataan Didik Indradewa dan Eka Tarwaca SP. (2009) yaitu pergerakan air terjadi dari potensial air lebih tinggi ke potensial yang lebih rendah, dari larutan dengan konsentrasi lebih rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi, dan dari larutan yang lebih encer ke larutan yang lebih kental. Tanda-tanda yang terlihat pada sel yang mengalami plasmolisis ini adalah menghilangnya warna yang ada di dalam sel dan mengerutnya pimggiran membrane sel ke arah dalam.
Prinsip yang digunakan dalam peristiwa ini adalah karena terjadinya peristiwa osmosis sebagai akibat adanya perbedaan konsentrasi zat terlarut dalam medium air di banding zat terlarut yang ada di dalam protoplasma sel atau dapat diartikan sebagai dampak perbedaan potensial air antara dua tempat air yang dibatasi oleh membrane sel tersebut.
Kondisi sel yang terplasmolisis tersebut dapat dikembalikan ke kondisi semula. Proses pengembalian dari kondisi terplasmolisis ke kondisi semula ini dikenal dengan istila deplasmolisis. Prinsip kerja dari deplasmolisis ini hampir sama dengan plasmolisis. Tapi konsentrasi larutan medium dibuat hipotonis, sehingga yang terjadi adalah cairan yang memenuhi ruang antara dinding sel dengan membrane sel bergerak ke luar, sedangkan air yang berada di luar bergerak masuk ke dalam dan dapat menembus membrane sel karena membrane sel mengijinkan molekul-molekul air untuk masuk ke dalam. Masuknya molekul-molekul air tersebut mengakibatkan ruang sitoplasma terisi kembali dengan cairan sehingga membrane sel kembali terdesak kea rah luar sebagai akibat timbulnya tekanan turgor akibat gaya kohesi dan adhesi air yang masuk. Akhir dari peristiwa ini adalah sel kembali ke keadaan semula.
(Fiktor Ferdinand P. dan Moekti Ariwibowo, 2002 : 11).
Bertahan hidupnya sel tergantung pada keseimbangan penyerapan air dan pelepasan air. Pergerakan air melintasi membran sel dan keseimbangan air antara sel dan lingkungannya sangan penting bagi organisme.
Plasmolisis hanya terdapat pada kondisi ekstrem dan jarang terjadi di alam. Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel pada larutan bersalinitas atau larutan tinggi atau larutan gula untuk menyebabkan ekosmosism, seringkali menggunakan tanaman Elodea atau sel epidermal bawang yang memiliki pigmen warna sehingga proses dapat diamati dengan jelas.
Jika defisit tekanan difusi di dalam suatu sel lebih rendah daripada defisit tekanan difusi larutan yang ada di sekitar sel, maka air akan meninggalkan sel sampai defisit tekanan difusi di dalam dan di luar sel sama besar. Protoplas yang kehilangan air itu menyusut volumenya dan akhirnya dapat terlepas dari dinding sel. Peristiwa ini kita sebut plasmolisis. Sel yang mengalami plasmolisis biasanya dapat “disehatkan” lagi dengan memasukkan di dalam air murni. Sel di dalam keadaan plasmolisis mempunyai defisit tekanan difusi dan tekanan osmotik yang tinggi, sebaliknya tekanan turgor menjadi negative. (Dwidjoseputro, 1992 : 77)
Keseimbangan air pada Sel Tanpa Dinding
Jika suatu sel hewan dicelupkan ke dalam lingkungan yang isotonic terhadap sel tersebut, tidak aka nada selisih perpindahan air melintasi membrane tersebut. Air mengalir melintasi membrane, tetapi pada laju sama pada kedua arah. Dalam suatu lingkungan yang isotonic, volume sel hewan stabil. Jika sel trsebut dipindahkan ke dalam larutan yang hipertonik terhadap sel tersebut, sel ini akan kehilangan air yang berpindah ke lingkungannya, mengkerut, dan mungkin saja mati. Inilah satu alasan mengapa peningkatan salinitas (keasinan) danau dapat membunuh hewan di danau tersebut. Akan tetapi, sel hewan yang menyerap terlalu banyak air menghadapi bahaya yang sama seperti saat kehilangan air. Jika kira tempatkan sel tersebut dalam larutan yang hipotonik terhadap sel itu, air akna masuk lebih cepat daripada yang meninggalkannya, sel ini akan membengkak dan melisis (pecah) seperti balon yang terus ditiup sampai melewati batas.
Sel tanpa dinding kaku tidak dapat menerima penyerapan atau pelepasan air yang berlebihan. Masalah keseimbangan air ini secarea otomatis terselesaikan jika sel tersebut hidup dalam lingkungan yang isotonik. Air laut bersifat isotonic terhadap banyak invertebrata laut. Sel sebagian besar hewan terestid (hidup di darat) dilingkupi oleh fluida ekstra seluler yang isotonic terhadap sel tersebut. Hewan dan organisme lain yang tidak memiliki dinding sel kaku yang hidup dalam lingkungan hipertonik atau hipotonik harus memiliki adaptasi khusus untuk osmoregulasi yaitu control keseimbangan air.
Keseimbangan air pada sel berdinding
Sel tumbuhan prakariota, fungi, dan sejumlah protista memiliki dinding. Apabila sel seperti ini berada dalam lingkungan hipotonik-ketika direndam dalam air hujan, misalnya-dindingnya akan membantu mempertahankan keseimbangan air sel tersebut. Seperti sel hewan, sel tumbuhan akan membengkak ketika air masuk melalui osmosis. Akan tetapi, dindingnya yang lentur akan mengembang hanya sampai ukuran tertentu sebelum dinding ini mengerahkan tekanan balik pada sel yang melawan penyerapan air lebih lanjut.
Di lain pihak, dinding tidak mendapatkan keuntungan apapun jika selnya dicelupkan ke dalam lingkungan hipertonik. Dalam kasus ini, sel tumbuhan, seperti sel hewan, akan kehilangan air yang berpindah ke sekelilingnya dan akan mengkerut. Begitu sel ini berkerut, membrane plasmanya tertarik menjauhi dindingnya. Fenomena ini yang disebut plasmolisis, biasanya menyebabkan tumbuhan mati. Sel dinding bakteri dan fungi juga berplasmolisis dalam lingkungan hipertonik. (Neil A. Campbell, dkk. 2002 : 149-151)
Krenasi adalah kontraksi atau pembentukan nokta tidak normal di sekitar pinggir sel setelah dimasukkan ke dalam larutan hipertonik, karena kehilangan air melalui osmosis. Secara etimologi, krenasi berasal dari bahasa latin “crenatus”. Krenasi terjadi karena lingkungan hipertonik (sel memiliki larutan dengan konsentrasi yang lebih rendah dibandingkan larutan di sekitar luar sel). Osmosis (difusi air) menyebabkan pergerakan air ke luar sel, menyebabkan sitoplasma berkurang volumenya. Sebagai akibatnya, sel mengecil. Proses sama yang terjadi pada tumbuhan adalah plasmolisis di mana sel tumbuhan jug mengecil karena dimasukkan ke dalam larutan hipertonik. (David Burnie,2000 : 20)
Gambar.1
Peristiwa plasmolisis merupakan dampak dari peristiwa osmosis. Jika sel tumbuhan diletakkan di larutan garam terkonsentrasi (hipertonik), sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan turgor, menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan sel dalam kondisi seperti ini layu. Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan terjadinya plasmolisis. Tekanan terus berkurang sampai di suatu titik di mana protoplasma sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan membrane. Akhirnya cytorrhysis-runtuhnya seluruh dinbding sel dapat terjadi. Tidak ada mekanisme di dalam tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara berlebihan, juga mendapatkan air secara berlebihan. Akan tetapi, plasmolisis dapat dibalikkan jika sel diletakkan di larutan (hipotonik). Proses sama pada sel hewan disebut krenasi. Cairan di dalam sel hewan keluar karena peristiwa difusi
(http : //id.wikipedia.org/wiki/plasmolisis)
Plasmolisis adalah peritiwa lepasnya plasmalemma atau membrane plasma dari dinding sel karena dehidrasi (sel kehilangan air). Peristiwa ini terjadi bila jaringan ditempatkan pada larutan yang hipertonis atau memiliki potensial osmotic lebih tinggi. Dalam keadaan tersebut, air sel akan terdorong untuk berdifusi keluar sel menembus membrane (osmosis). Salah satu fenomena akhibat dehidrasi sel adalah terjadinya plasmolisis. Dalam keadaan tertentu, sel masih mampu kembali ke keadaan semula bila jaringan dikembalikan ke air murni. Peristiwa ini dikenal sebagai gejala deplasmolisis.
Salah satu fenomena akibat dehidrasi sel adalah terjadinya plasmolisis. Dalam keadaan tertntu, sel masih mampu kembali ke keadaan semula bila jaringan dikembalikan ke air murni. Peristiwa ini dikenal sebagai gejala deplasmolisis. Bila jaringan ditempatkan pada larutan yang hipotonis sampai isotonis, maka sel-sel jaringan tidak akan mengalami plasmolisis. Berdasdarkan hal ini, maka metode plasmolisis dapat digunakan sebagai salah satu metode penaksiran nilai-nilai potensial osmotic jaringan. Sebagai penaksiran terdekat potensial osmotik jaringan ditaksire quivalen dengan potensial osmotik suatu larutan yang telah menimbulkan plasmolisis sebesar 50% yang disebut incipient plasmolysis. (Suyitno, dkk, 2010 : 21)
Di atas telah diuraikan bahwa sel tumbuhan dapat mengalami kehilangan air bila dimasukkan ke dalam larutan gula dengan nilai potensial air yang lebih rendah daripada nilainya di dalam sel. Jika kehilangan air itu cukup besar, maka ada kemungkinan bahwa volume isi sel akan menurun demikian besarnya sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Artinya, membrane dan sitoplasma akan terlepas dari dinding sel. Keadaan ini dinamakan plasmolisis. Jika sel yang terplasmolisis dipindahkan dari larutan gula ke dalam air murni, sel akan kembali memperoleh bentuk dan turgornya semula karena air berbalik ke dalam protoplas, asalkan membrannya tidak rusak oleh plasmolis yang terlalu lama.
A : sel normal B : sel terplasmolis
Air menyebar keluar protoplas ke dalam larutan yang menyebabkan terjadinya plasmolisis (larutan gula.). Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula diperlihatkan oleh tampaknya sel-sel yang terplasmolisis. Jika ruang dinding di antara dinding dan protoplas diisi udara, maka di bawah mikroskop akan tampak tepi-tepi gelembung yang khas kebiru-biruan. Jika isinya itu air murni, maka sel itu tidak mengalami plasmolisis. Karena itu ruang tersebut harus terisi larutan dan dinding sel harus pula permeable terhadap gula.
Plasmolisis dapat mendemonstrasikan letak membrane protoplasma dan sifat permeable diferensialnya. Jika membrane juga permeable terhadap gula seperti terhadap air, maka gula akan masuk ke dalam sel dan menyamakan potensial osmotik dalam sel dengan di luar, sehingga air akan masuk lagi ke dalam sel. Jika untuk plasmolisis ini digunakan NaCl atau KNO3, bukan gula, secara perlahan-lahan absorpsi terjadi, dan sel akhirnya akan kembali segar lagi (mengandung cukup air). Jika sel dimatikan, membrane protoplasma rusak dan plasmolisis tidak akan terjadi. Plasmolisis sendiri akan mematikan sel jika trjadi sangat parah dan berlangsung lama. Prinsip ini dipergunakan untuk membunuh gulma dengan garam. Pemberian pupuk buatan(yang dapat larut) secara berlebih-lebihan sekitar tumbuhan akan mematikan akar tumbuhan karena plasmolisis. (Sutami Tjitrosomo. 1983 : 10-12)
E. ALAT DAN BAHAN
1) Mikroskop
2) Gelas benda dan penutup
3) Botol vial
4) Pipet tetes
5) Larutan sukrosa
6) Daun Rhoe discolor
7) Silet
F. LANGKAH KERJA
1) . Menyiapkan botol vial yang berisi larutan sukrosa 0,18 M dan 0,26 M masing-masing sebanyak 10 ml.
2) Membuat beberapa sayatan epidermis permukaan bawah daun Rhoe discolor (Jadam, Md)
3) Meletakkan sayatan pada gelas banda, dan menetesi sedikit air dan menutup dengan kaca penutupnya.
4) Mengamati di bawah mikroskop dengan perbesaran kecil kemudian perbesaran yang semakin besar.
5) Menghitung jumlah sel yang penuh dengan warna ungu (anthocian) yang terdapat dalam bidang pengamatan.
6) Memberikan tetesan larutan gula ke tepi gelas penutupnya, lalu mengamati dan mencatat kapan saja terjadi perubahan sel-sel beranthosian tadi terus menerus selama 2 menit.
7) Menghitung berapa sel yang mengalami pemudaran warna anthosian ungu, bahkan menjadi transparan (terplasmolisis).
8) Menuangkan data dalam tabel dan membuat grafik hubungan antara konsentrasi larutan sukrosa dengan plasmolisis yang terjadi.
G. TABEL PENGAMATAN
Perlakuan sukrosa Keadaan sel dalam satu bidang pandang
Waktu mulai terplasmolisis
Terplasmolisis
(%) Tak terplasmolisis (%)
0,14 M 84,62 15,38 12 detik
0,18 M 90,91 9,09 5 detik
0,22 M 77,78 22,22 9 detik
0,26 M 30,95 69,05 4 detik
Gambar kelompok 6
• Sukrosa 0,18 M
Sebelum plasnolisis Setelah plasmolisis
• Sukrosa 0,26 M
Sebelum plasmolisis Setelah plasmolisis
H. PEMBAHASAN
Percobaan yang memiliki judul Difusi Osmosis dengan sub judul Plasmolisis ini bertujuan untuk menemukan fakta tentang gejala plasmolisis, menunjukkan factor penyebab plasmolisis, mendeskripsikan peristiwa plasmolisis, serta menunjukkan hubungan antara plasmolisis dengan status potensial osmotic antara cairan selnya dengan larutan di lingkungannya. Berdasarkan literatur disebutkan bahwa plasmolisis adalah peristiwa lepasnya membran sel dari dinding sel sebagai dampak hipertonisnya larutan di luar sel, sehingga cairan yang berada di dalam sel keluar dari sel dan akibatnya tekanan turgor sel menjadi 0. Efek selanjutnya yang ditimbulkan adalah karena potensial air dalam sel lebih tinggi dari luar sel, maka air di luara sel bergerak ke dinding sel mendesak membran sel yang mengakibatkan membran sel terlepas dari dinding sel. (Fiktor Ferdinand P. dan Moekti Ariwibowo , 2002 : 11)
Objek percobaan kali ini adalah daun Rhoe discolor. Berdasarkan litelatur yang didapatkan, deskripsi dari daun Rhoe discolor adalah sebagai berikut :
Klasifikasi ilmiah
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Bromeliales
Suku : Bromeliaceae
Marga : Rhoeo
Nama umum/dagang : Nanas kerang
Nama daerah
Jawa : Nanas kerang (Jawa)
Deskripsi
Habitus : Semak, tinggi 40-60 cm.
Batang : Kasar, pendek, lurus, coklat.
Daun : Tunggal, lonjong,ujung runcing, pangkal memeluk batang,
tepi rata, panjang 25-30 cm, lebar 3-6 cm, permukaan atas
hijau, permukaan lainnya merah kecoklatan.
Bunga : Majemuk, bentuk mangkok, di ketiak daun, terbungkus,
kelopak seperti kerang, benang sari silindris, banyak, putih,
kepala putik kuning, mahkota bentuk segitiga, tiga lembar,
putih
Akar : Serabut, kecoklatan.
(http://googlebooks/nanas-kerang)
Pada percobaan ini, yang dipakai sebagai preparat adalah sayatan tipis epidermis daun Rhoe discolor bagian bawah. Dalam membuat preparat segar dari daun tersebut harus memperhatikan ketentuan dalam membuat preparat yang telah diajarkan sebelumnya. Sedangkan syarat objek dapat diamati di bawah mikroskop adalah tembus cahaya.
Setelah preparat segar selesai dibuat, kemudian diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran kecil kemudian perbesaran yang semakin besar. Pada pengamatan tersebut akan telihat sel-sel yang berwarna ungu yang terbentuk karena adanya pigmen warna anthocian pada daun Rhoe discolor tersebut. Setelah itu pada tepi gelas penutupnya ditetesi dengan larutan gula (sukrosa), diamati, dan dicatat kapan saja terjadi perubahan sel-sel beranthosian tadi terus-menerus selama 2 menit. Sukrosa ynag digunakan pada percobaan ini memiliki berbagai konsentrasi yaitu 0,14 M ; 0,18 M ; 0,22 M dan 0,26 M. Oleh karena terdapat 6 kelompok yang mengikuti percobaan ini maka dari ke-6 kelompok tersebut dibagi menjadi 2 yaitu, kelompok I, III, dan V menggunakan sukrosa dengan konsentrasi 0,14 M dan 0,22 M. Sedangkan kelompok II, IV, dan VI menggunakan sukrosa denagn konsentrasi 0,18 M dan 0,26 M. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah konsentrasi sukrosa yang digunakan berpengaruh terhadap lamanya sel berplasmolisis. Sel yang terplasmolisis ditunjukkan dengan adanya pemudaran warna antosian ungu atau bahkan menjadi transparan.
Sukrosa 0,14 M
Pada pengamatan ini, digunakan epidermis bawah daun Rhoe discolor yang memiliki pigmen warna ungu yang disebut pigmen antosian. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah proses pengamatan. Selain itu digunakan larutan sukrosa dengan konsentrsai 0,14 M larutan sukrosa tersebut yang berperan sebagai larutan hipertonis terhadap sel pada percobaan ini. Dalam membuat preparat segar, perlu memperhatikan ketentuan-ketentuan yang telah dijelaskan sebelumnya, baik dalam menyayat preparat maupun saat meletakkannya pada gelas benda. Hasil sayatan dari preparattersebut harus tembus cahaya, karena hal tersebut merupakan syarat objek dapat diamati di bawah mikroskop.
Sebelum larutan sukrosa diteteskan pada daun Rhoe discolor yang diamati dibawah mikroskop, jumlah sel yang berwarna ungu adalah 52 buah. Selain sel-sel yang berwarna ungu maupun yang berwarna putih, juga ditemukan stomata sel. Sel-sel yang berwarna ungu pada sel terlihat lebih jelas dibandingkan kloroplas yang berwarna hijau. Hal ini terjadi karena pada saat normal pigmen antosianin berada vakuola tumbuhan yang cukup besar, sedangkan kloroplas cenderung tersebar mengambang pada sitoplasma. Kemudian, setelah sel berwarna ungu selesai dihitung lalu menetesinya dengan larutan sukrosa 0,14 M pada tepi gelas penutup. Setelah itu, mengamati perubahan yang terjadi selama 2 menit. Akan tetapi, setelah 12 detik sel yang berwarna ungu seolah menghilang karena pecah. Sehingga tinggal 8 sel yang berwarna ungu . Jadi sebanyak 84,6 % sel telah terplasmolisis dan sebanyak 15,4 % sel tak terplasmolisis.
Sel-sel yang berwarna ungu terlihat lebih sedikit dan kloroplas lebih jelas terlihat. Hal ini terjadi karena pada saat sel ditempatkan pada larutan yang hipertonis terhadapnya, maka air keluar dari vakuola sehingga membran sitoplasma akan mengerut begitu pula sitoplasma, dan secara otomatis juga ukuran vakuola. Sehingga pigmen antosianin dari dalam vakuola tidak terlalu jelas terlihat. Saat sitoplasma mengkerut , kloroplas yang tersebar di dalam sitoplasma akan merapat sehingga dapat terlihat jelas. Pernyataan ini sesuai dengan buku karangan Wildan Yatim yang berjudul Biologi Modern Biologi Sel.
Sukrosa 0,18 M
Pada percobaan plasmolisis yang dilakukan oleh kelompok 6 adalah menggunakan larutan sukrosa 0,18 M. Di dalam pengamatan dan percobaan ini yang menjadi objek pengamatan adalah epidermis bawah daun Rhoe discolor. Pada epidermis bawah daun Rhoe discolor ini di buat preparat dahulu sebelum melakukan pengamatan pada mikroskop dengan perbesaran 10X10. Dalam pengamatan ini diperoleh data bahwa sel-sel yang penuh dengan warna ungu (anthocian) berjumlah 11 sel dari 98 sel yang terlihat di mikroskop dengan perbesaran 10X10. Hal ini berarti ada 87 sel berwarna putih. Kemudian setelah sel terhitung jumlahnya, disekitar cover glass memberinya beberapa tetes larutan sukrosa (gula) dengan konsentrasi 0,18 M dan mengamati perubahanya. Dalam hal ini perubahan yang terjadi pada sel tersebut langsung terjadi pada detik ke 5.
Selama pengamatan tersebut pada 10 sel yang beranthocian mengalami peubahan warna yaitu memudarnya warna ungu bahkan sampai hilang yang dilakukan selama 2 menit pengamatan secara terus-menerus, sehingga apabila di hitung dalam bentuk presentase menghasilkan 90,9% dari jumlah seluruh sel yang beranthocian. Oleh karena itu masih ada 1 sel yang belum mengalami perubahan warna selama 2 menit waktu pengamatan tersebut, dan apabila di hitung dalam bentuk presentase menghasilkan angka 9,09 % dari jumlah seluruh sel yang beranthocian. Adanya perubahan warna ini di karenakan adanya peristiwa plasmolisis. Peristiwa ini ditunjukkan karena adanya perubahan atau menghilangnya warna yang ada di dalam sel tersebut. Sesuai dengan buku karangan Didik Indradewa dan Eka Tarwaca S P.
Peristiwa plasmolisis ini terjadi karena adanya pebedaan konsentrasi larutan antara sel dan larutan yang ada di luar. Dalam percobaan ini konsentrasi larutan gula adalah 0,18 M, sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan turgor, yang menyebabkan sel tumbuhan lemah. Dan dalam keadaan seperti ini menyebabkan layu, karena pada tumbuhan tidak ada mekanisme di dalam sel tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara berlebihan. Hal ini sesuai pada http:// id.wikipedia. org/plasmolisis, yang diakses 5 April 2010.
Peristiwa plasmolisis terjadi akibat larutan hipertonis diluar sel yang mengakibatkan cairan yang berada di dalam sel keluar dari sel, sehinga tekanan turgor sel menjadi 0.efek selanjutnya yang di timbulkan adalah karena potensial air dalam sel lebih tinggi dari luar sel, maka air diluar sel bergerak kedalam dinding sel mendesak membran sel yang mngakibatkan membran sel terlepas dari dinding sel. Laruan tersebut tidak dapat menembus membran sel karena memiliki ukuran yang lebh besar dari molekul air. Sehingga dalam hal ini dapat di jelaskan bahwa pergerakan air terjadi dari potensial air tinggi ke potensial air lebih rendah, dari larutan yang konsentrasi lebih rendah ke konsentrasi lebih tinggi, dan dari larutan encer ke larutan lebih kental. (Didit Indradewa dan Eka Tarwaca S P, 2009 : _).
Dalam plasmolisis prinsip-prinsip yang digunakan adalah karena terjadinya peristiwa osmosis sebaai akibat adanya perbedaan konsentrasi zat terlarut dalam air medium dibanding zat terlarut yang ada di dalam protoplasma sel atau dapat di artikan sebagai dampak perbedaan potensial air antara dua tempat air yang di batasi leh membran sel tersebut.
Tetapi apabila sel tumbuhan ini diletakkan pada larutan yang sama konsentrasinya maka tidak akan mengalami plasmolisis.(Suyitno, dkk, 2010: 21). Peristiwa plasmolisis yang terjadi pada jaringan jua dapat dikembalikan pada posisi semula dengan meletakkan sel atau jaringan tersebut pada larutan yang hipotonis, sehingga yang terjadi adalah cairan memenuhi ruang antara dinding sel dengan membran sel bargerak ke luar, sedangkan air yang berada diluar bergerak masuk ke dalam dan dapat menembus membran sel karena membran sel mengizinkan molekul-molekul air untuk masuk kedalam. Masuknya molekul-molekul air tersebut mengakibatkan ruang sitoplasma terisi kembali dengan cairan sehingga membran sel kembali terdesak kearah luar sebagai akibat timbulnya tekanan turgor akibat gaya kohesi dan adesi air yang masuk. Akhirnya sel kembali ke keadaan semula. (Fiktor Ferdinand P dan Moekti Ariwibwo, 2002: 11 ).
Dalam pecobaan ini dapat di simpulkan bahwa plasmolisis merupakan lepasnya membran sel dari dinding sel akibat dari hipertonisnya larutan di luar sel yang mengkibatkan kehilangan air (dehidrasi).
Sukrosa 0,22 M
Percobaan ini dilakukan dengan membuat sayatan epidermis bawah daun Rhoe discolor, dan meletakkan sayatan tersebut pada gelas benda, menetesi dengan sedikit air, kemudian menutupnya dengan kaca penutup. Preparat epidermis bawah daun Rhoe discolor tersebut kemudian diletakkan di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 hingga preparat tampak jelas dari lensa pengamat. Kegiatan selanjutnya yaitu menghitung jumlah sel yang penuh dengan warna ungu (anthocian) yang terdapat dalam bidang pengamatan. Setelah terhitung, selanjutnya memberikan tetesan larutan gula 0,22 M ke tepi gelas penutupnya, lalu mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi selama 2 menit, dan menghitung kembali jumlah sel beranthocian yang mengalami pemudaran warna ungu, atau bahkan menjadi transparan(terplasmolisis).
Percobaan ini menghasilkan data jumlah sel yang mengalami plasmolisis pada larutan gula 0,22 M yaitu sebanyak 28 sel dan tidak terplasmolisis sebanyak 36 sel. Sehingga jika dilakukan perhitungan, dapat diketahui persentase sel yang terplasmolisis maupun tidak,yaitu sebagai berikut:
Sel terplasmolisis : 28/30 x 100% = 77,78%
Sel tidak terplasmolisis: 8/36 x 100% = 22,22%
Waktu mulai terjadi plasmolisis tercatat lebih dari 9 menit. Berdasarkan tabel Potensial Osmotik beberapa Molaritas Larutan Sukrosa pada suhu 20oC menurut A. Ursprug dan G. Blum yang ada pada Diktat Petunjuk Praktikum Biologi Dasar II untuk Prodi Pendidikan IPA FMIPA UNY, dapat diketahui bahwa nilai taksiran terdekat besarnya potensial osmotik jaringan didasarkan pada larutan perendam yang telah mengakibatkan keadaan “Inciepient plasmolysis” sel epidermis bawah daun Rhoe discolor yaitu sebesar -5,60 Atm.
Ada suatu bentuk hubungan yang terjadi antara besar potensial osmotic (PO) sel terhadap molaritas atau konsentrasi larutan sukrosa disekitar sel, yaitu semakin tinggi molaritas larutan sukrosa, maka semakin rendah besar potensial osmotik sel tersebut. Hal ini menyebabkan semakin cepat proses terjadinya plasmolisis. Bila tekanan osmotik larutan diluar sel sama dengan tekanan osmotik cairan sel (isotonik) maka tidak akan terjadi peristiwa plasmolisis.
Plasmolisis terjadi karena larutan diluar sel memiliki konsentrasi yang lebih tinggi daripada konsentrasi cairan sel. Besarnya konsentrasi mempengaruhi besarnya tekanan osmotic larutan berdasarkan persamaan:
π=MRT
dengan
π = Tekanan osmotic (Atm)
M = Molaritas (M)
R = Tetapan Reisenberg (0,082)
T =Suhu mutlak(K)
Sehingga, dari persamaan ini dapat diperoleh pula hubungan bahwa plasmolisis terjadi bila tekanan osmotik di luar sel lebih tinggi daripada tekanan osmotik cairan sel. Jika sel tumbuhan diletakkan di larutan gula terkonsentrasi (hipertonik), sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan turgor, menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan sel dalam kondisi seperti ini layu. Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan terjadinya peristiwa plasmolisis: tekanan terus berkurang sampai di suatu titik di mana protoplasma sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan membran. Akhirnya cytorrhysis - runtuhnya seluruh dinding sel - dapat terjadi. Tidak ada mekanisme di dalam sel tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara berlebihan, juga mendapatkan air secara berlebihan, tetapi plasmolisis dapat dibalikkan jika sel diletakkan di larutan hipotonik.
Peristiwa terjadinya peluruhan dinding sel tersebut dinamakan plasmolisis sempurna, sedangkan gejala awal dari plasmolisis (mulai memudarnya warna ungu pada epidermis bawah daun Rhoe discolor) dinamakan Incipient plasmolysis. Ketika sitoplasma mulai terdorong keluar dari dinding sel, itulah saat dimana incipient plasmolisis terjadi.
Meskipun tidak ada mekanisme di dalam sel tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara berlebihan ataupun mendapatkan air secara berlebihan, tetapi tumbuhan memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap habitatnya, seperti yang dilakukan oleh tanaman xerofit maupun halofit. Kondisi potensial osmotik jaringan tumbuhan xerofit atau halofit lebih tinggi dibandingkan kondisi potensial osmotik jaringan tumbuhan air tawar. Selain itu, tumbuhan xerofit memiliki adaptasi pada struktur morfologinya dengan menggunakan lapisan lilin yang tidak tembus air, sehingga sangat membantu bila terjadi keadaan ekstrem. Tumbuhan halofit juga melakukan beragam respon untuk kondisi salinitas tinggi seperti mengendalikan konsentrasi NaCl internal, sehingga mampu bertahan pada lingkungan larutan bersalinitas tinggi.
Sukrosa 0,26 M
Pada pengamatan ini, digunakan epidermis bawah daun Rhoe discolor yang memiliki pigmen warna ungu. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah proses pengamatan. Selain itu digunakan larutan sukrosa 0,26 M yang berperan sebagai larutan hipertonis terhadap sel.
Sebelum larutan sukrosa diteteskan pada daun Rhoe discolor yang diamati dibawah mikroskop, jumlah sel yang berwarna ungu adalah 42 buah. Sel-sel yang berwarna ungu ini terlihat lebih jelas dibandingkan kloroplas yang berwarna hijau. Hal ini terjadi karena pada saat normal pigmen antosianin berada vakuola tumbuhan yang cukup besar, sedangkan kloroplas cenderung tersebar mengambang pada sitoplasma. Kemudian, setelah sel berwarna ungu selesai dihitung lalu menetesinya dengan larutan sukrosa 0,26 M pada tepi gelas penutup. Setelah itu, mengamati perubahan yang terjadi selama 2 menit. Akan tetapai, setelah 4 detik sel yang berwarna ungu seolah menghilang karena pecah. Sehingga tinggal 13 sel yang berwarna ungu . jadi sebanyak 30,95 % sel telah terplasmolisis dan sebanyak 69,05 % sel tak terplasmolisis.
Sel-sel yang berwarna ungu terlihat lebih sedikit dan kloroplas lebih jelas terlihat. Hal ini terjadi karena pada saat sel ditempatkan pada larutan yang hipertonis terhadapnya, maka air keluar dari vakuola sehingga membrane sitoplasma akan mengerut begitu pula sitoplasma, dan secara otomatis juga ukuran vakuola. Sehingga pigmen antosianin dari dalam vakuolatidak terlalu jelas terlihat. Saat sitoplasma mengkerut , kloroplas yang tersebar di dalam sitoplasma akan merapat sehingga dapat terlihat jelas. Pernyataan ini sesuai dengan buku karangan Wildan Yatim yang berjudul Biologi Modern Biologi Sel.
Dari seluruh variable bebas yaitu berbagai konsentrasi larutan sukrosa (0,14M ;0,18M ; 0,22M dan 0,26M), variable kontrol waktu, dan variable terikat adalah banyaknya sel yang terplasmolisis, maka diperoleh persen sel yang terplasmolisis ataupun yang tidak terplasmolisis. Selanjutnya dapat dibuat grafik hubungan antara konsentrasi larutan sukrosa dengan sel yang terplasmolisis sebagai berikut:
Dari grafik diatas terlihat bahwa semakin besar konsentrasi larutan sukrosa, sel yang terplasmolisis lebih sedikit. Hal ini tidak sesuai dengan teori dalam buku BIOLOGI Edisi Kelima karangan Kimball John W bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan (zat peredam) yang diberikan akan semakin banyak sel yang terplasmolisis. Hal ini terjadi karena perbedaan konsentrasi zat semakin besar, mengakibatkan air semakin cepat berpindah dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Waktu mulai terplasmolisis juga akan lebih cepat terlihat pada konsentrasi larutan sukrosa yanga lebih tinggi. Pada percobaan ini larutan sukrosa 0,26M memiliki waktu mulai plasmolisis tercepat yaitu setelah 4 detik.
Dari hasil persentase sel yamg terplasmolisis yang mendekati 50 % adalah ketika sukrosa yang digunakan 0,26 M yaitu sebesar 30,95 %. Hal ini berarti bahwa Inscipient Plasmolisis terjadi saat konsentrasi sukrosa yang diberikan sebesar 0,26 M.
I. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data kelas maka dapt disimpulkan bahwa:
1) Peristiwa plasmolisis adalah peristiwa lepasnya membrane sel dari dinding sel sebagai dampak dari hipertonisnya larutan dari luar sel, sehingga cairan yang berada di dalam sel keluar dari sel dan akibatnya tekanan turgor sel menjadi nol.
2) Inciepient plasmolysis adalah suatu keadaan dimana setengah sel dari seluruh jumlah sel menunjukkan tanda-tanda plasmolisis.
3) Sel tumbuhan yang dimasukan dalam larutan sukrosa akan mengalami plasmolisis, dan semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis.
4) Inciepient plasmolysis (IP) pada percobaan ini terjadi pada konsentrasi 0,26 M.
J. DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Budiman. 2008. Bimbingan Pemantapan Kimia. Bandung: Yrama Widia
Burnie, David. 2000. Jendela IPTEK Seri II. Jakarta: Balai Pustaka.
Dwidjoseputro. 1962. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Ferdinand, Fiktor P dkk. 2002. Praktis Belajar Biologi. Jakarta: PT. Grafindo Media Pratama.
Neil A. Campbell, Neil A dkk. 2002. Biologi Jilid I Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Suyitno, dkk. 2010. Petunjuk Praktikum biologi Dasar II. Yogyakarta: FMIPA UNY.
Tjitrosomo, Sutarmi. 1983. Botani Umum II. Bandung: Angkasa.
Yatim, Wildan. 1996. Biologi Modern Biologi Sel. Bandung: Tarsito.
http : //id.wikipedia.org/wiki/plasmolisis. Diakses pada tanggal 5 April 2010.
http://www-saps.plantsci.cam.ac.uk/records/rec381.htm. Diakses pada tanggal 6 April 2010.
http://www.ecoton.or.id/tulisanlengkap.php?id=1339. Diakses pada tanggal 10 April 2010.
PLASMOLISIS
B. TUJUAN
1) Menemkan fakta tentang gejala plasmolisis
2) Menunjukkan faktor penyebab plasmolisis
3) Mendeskripsikan peristiwa plasmolisis
4) Menunjukkan hubungan antara plasmolisis dengan status potensial osmotik antara cairan selnya dengan larutan di lingkungannya.
C. LATAR BELAKANG
Tumbuhan merupakan makhluk hidup multiseluler. Sel tumbuhan terdiri atas dinding sel, inti sel dan organel-organel yang ada di dalamnya. Selain itu pada sel tumbuhan terdapat sitoplasma yang dibungkus oleh membrane plasma yang merupakan membrane dwilapis yang mampu mengatur secara selektif aliran cairan dari lingkungan suatu sel ke dalam sel dan sebaliknya. Apabila suatu sel tumbuhan diletakkan di dalam suatu larutan yang konsenrasinya lebih tinggi daripada di dalam sel, maka air akan meninggalkan sel sehingga volume isi sel berkurang. Karena dinding sel bersifat permeable maka ruang antara membrane plasma dan dinding sel akan diisi larutan dari luar. Peristiwa ini berlangsung sampai konsentrasi di dalam dan diluar sel sama besar.
Akibat peristiwa tersebut, maka protoplasma yang kehilangan air akan menyusut volumenya dan akhirnya akan terlepas dari dinding sel. Peristiwa tersebut dinamakan dengan plasmolisis.Dalam proses osmosis terdapat beberapa komponen penting, yakni Potensial Air (PA), Potensial Osmotic (PO) dan Potensial Tekanan (PT).Untuk mengetahui nilai potensial osmotic cairan sel, salah satunya dapat digunakan dengan metode plasmolisis.Dari gambaran diatas maka untuk mengetahui berapa besar konsentrasi larutan sukrosa yang dapat menyebabkan 50% sel dari jumlah sel yang terplasmolisis.
Oleh karena itu, dilakukan percobaan secara eksperimental pada sel epidermis daun Rhoe discolor dengan perlakuan direndam kedalam larutan sukrosa dengan konsentrasi yang berbeda-beda dan mengkontrol waktu perendaman.
D. KAJIAN PUSTAKA
Peristiwa plasmolisis adalah peristiwa lepasnya membrane sel dari dinding sel sebagai dampak dari hipertonisnya larutan dari luar sel, sehingga cairan yang berada di dalam sel keluar dari sel dan akibatnya tekanan turgor sel menjadi nol. Efek selanjutnya yang ditimbulkan adalah karena potensial air dalam sel lebih tinggi dari luar sel, maka air di luar sel bergerak ke dalam dinding sel mendesak membran sel yang mengakibatkan membrane sel terlepas dari dinding sel. Larutan tersebut tidak dapat menembus membrane sel karena memiliki ukuran yang lebih besar dari molekul air. Pendapat ini sesuai dengan pernyataan Didik Indradewa dan Eka Tarwaca SP. (2009) yaitu pergerakan air terjadi dari potensial air lebih tinggi ke potensial yang lebih rendah, dari larutan dengan konsentrasi lebih rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi, dan dari larutan yang lebih encer ke larutan yang lebih kental. Tanda-tanda yang terlihat pada sel yang mengalami plasmolisis ini adalah menghilangnya warna yang ada di dalam sel dan mengerutnya pimggiran membrane sel ke arah dalam.
Prinsip yang digunakan dalam peristiwa ini adalah karena terjadinya peristiwa osmosis sebagai akibat adanya perbedaan konsentrasi zat terlarut dalam medium air di banding zat terlarut yang ada di dalam protoplasma sel atau dapat diartikan sebagai dampak perbedaan potensial air antara dua tempat air yang dibatasi oleh membrane sel tersebut.
Kondisi sel yang terplasmolisis tersebut dapat dikembalikan ke kondisi semula. Proses pengembalian dari kondisi terplasmolisis ke kondisi semula ini dikenal dengan istila deplasmolisis. Prinsip kerja dari deplasmolisis ini hampir sama dengan plasmolisis. Tapi konsentrasi larutan medium dibuat hipotonis, sehingga yang terjadi adalah cairan yang memenuhi ruang antara dinding sel dengan membrane sel bergerak ke luar, sedangkan air yang berada di luar bergerak masuk ke dalam dan dapat menembus membrane sel karena membrane sel mengijinkan molekul-molekul air untuk masuk ke dalam. Masuknya molekul-molekul air tersebut mengakibatkan ruang sitoplasma terisi kembali dengan cairan sehingga membrane sel kembali terdesak kea rah luar sebagai akibat timbulnya tekanan turgor akibat gaya kohesi dan adhesi air yang masuk. Akhir dari peristiwa ini adalah sel kembali ke keadaan semula.
(Fiktor Ferdinand P. dan Moekti Ariwibowo, 2002 : 11).
Bertahan hidupnya sel tergantung pada keseimbangan penyerapan air dan pelepasan air. Pergerakan air melintasi membran sel dan keseimbangan air antara sel dan lingkungannya sangan penting bagi organisme.
Plasmolisis hanya terdapat pada kondisi ekstrem dan jarang terjadi di alam. Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel pada larutan bersalinitas atau larutan tinggi atau larutan gula untuk menyebabkan ekosmosism, seringkali menggunakan tanaman Elodea atau sel epidermal bawang yang memiliki pigmen warna sehingga proses dapat diamati dengan jelas.
Jika defisit tekanan difusi di dalam suatu sel lebih rendah daripada defisit tekanan difusi larutan yang ada di sekitar sel, maka air akan meninggalkan sel sampai defisit tekanan difusi di dalam dan di luar sel sama besar. Protoplas yang kehilangan air itu menyusut volumenya dan akhirnya dapat terlepas dari dinding sel. Peristiwa ini kita sebut plasmolisis. Sel yang mengalami plasmolisis biasanya dapat “disehatkan” lagi dengan memasukkan di dalam air murni. Sel di dalam keadaan plasmolisis mempunyai defisit tekanan difusi dan tekanan osmotik yang tinggi, sebaliknya tekanan turgor menjadi negative. (Dwidjoseputro, 1992 : 77)
Keseimbangan air pada Sel Tanpa Dinding
Jika suatu sel hewan dicelupkan ke dalam lingkungan yang isotonic terhadap sel tersebut, tidak aka nada selisih perpindahan air melintasi membrane tersebut. Air mengalir melintasi membrane, tetapi pada laju sama pada kedua arah. Dalam suatu lingkungan yang isotonic, volume sel hewan stabil. Jika sel trsebut dipindahkan ke dalam larutan yang hipertonik terhadap sel tersebut, sel ini akan kehilangan air yang berpindah ke lingkungannya, mengkerut, dan mungkin saja mati. Inilah satu alasan mengapa peningkatan salinitas (keasinan) danau dapat membunuh hewan di danau tersebut. Akan tetapi, sel hewan yang menyerap terlalu banyak air menghadapi bahaya yang sama seperti saat kehilangan air. Jika kira tempatkan sel tersebut dalam larutan yang hipotonik terhadap sel itu, air akna masuk lebih cepat daripada yang meninggalkannya, sel ini akan membengkak dan melisis (pecah) seperti balon yang terus ditiup sampai melewati batas.
Sel tanpa dinding kaku tidak dapat menerima penyerapan atau pelepasan air yang berlebihan. Masalah keseimbangan air ini secarea otomatis terselesaikan jika sel tersebut hidup dalam lingkungan yang isotonik. Air laut bersifat isotonic terhadap banyak invertebrata laut. Sel sebagian besar hewan terestid (hidup di darat) dilingkupi oleh fluida ekstra seluler yang isotonic terhadap sel tersebut. Hewan dan organisme lain yang tidak memiliki dinding sel kaku yang hidup dalam lingkungan hipertonik atau hipotonik harus memiliki adaptasi khusus untuk osmoregulasi yaitu control keseimbangan air.
Keseimbangan air pada sel berdinding
Sel tumbuhan prakariota, fungi, dan sejumlah protista memiliki dinding. Apabila sel seperti ini berada dalam lingkungan hipotonik-ketika direndam dalam air hujan, misalnya-dindingnya akan membantu mempertahankan keseimbangan air sel tersebut. Seperti sel hewan, sel tumbuhan akan membengkak ketika air masuk melalui osmosis. Akan tetapi, dindingnya yang lentur akan mengembang hanya sampai ukuran tertentu sebelum dinding ini mengerahkan tekanan balik pada sel yang melawan penyerapan air lebih lanjut.
Di lain pihak, dinding tidak mendapatkan keuntungan apapun jika selnya dicelupkan ke dalam lingkungan hipertonik. Dalam kasus ini, sel tumbuhan, seperti sel hewan, akan kehilangan air yang berpindah ke sekelilingnya dan akan mengkerut. Begitu sel ini berkerut, membrane plasmanya tertarik menjauhi dindingnya. Fenomena ini yang disebut plasmolisis, biasanya menyebabkan tumbuhan mati. Sel dinding bakteri dan fungi juga berplasmolisis dalam lingkungan hipertonik. (Neil A. Campbell, dkk. 2002 : 149-151)
Krenasi adalah kontraksi atau pembentukan nokta tidak normal di sekitar pinggir sel setelah dimasukkan ke dalam larutan hipertonik, karena kehilangan air melalui osmosis. Secara etimologi, krenasi berasal dari bahasa latin “crenatus”. Krenasi terjadi karena lingkungan hipertonik (sel memiliki larutan dengan konsentrasi yang lebih rendah dibandingkan larutan di sekitar luar sel). Osmosis (difusi air) menyebabkan pergerakan air ke luar sel, menyebabkan sitoplasma berkurang volumenya. Sebagai akibatnya, sel mengecil. Proses sama yang terjadi pada tumbuhan adalah plasmolisis di mana sel tumbuhan jug mengecil karena dimasukkan ke dalam larutan hipertonik. (David Burnie,2000 : 20)
Gambar.1
Peristiwa plasmolisis merupakan dampak dari peristiwa osmosis. Jika sel tumbuhan diletakkan di larutan garam terkonsentrasi (hipertonik), sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan turgor, menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan sel dalam kondisi seperti ini layu. Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan terjadinya plasmolisis. Tekanan terus berkurang sampai di suatu titik di mana protoplasma sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan membrane. Akhirnya cytorrhysis-runtuhnya seluruh dinbding sel dapat terjadi. Tidak ada mekanisme di dalam tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara berlebihan, juga mendapatkan air secara berlebihan. Akan tetapi, plasmolisis dapat dibalikkan jika sel diletakkan di larutan (hipotonik). Proses sama pada sel hewan disebut krenasi. Cairan di dalam sel hewan keluar karena peristiwa difusi
(http : //id.wikipedia.org/wiki/plasmolisis)
Plasmolisis adalah peritiwa lepasnya plasmalemma atau membrane plasma dari dinding sel karena dehidrasi (sel kehilangan air). Peristiwa ini terjadi bila jaringan ditempatkan pada larutan yang hipertonis atau memiliki potensial osmotic lebih tinggi. Dalam keadaan tersebut, air sel akan terdorong untuk berdifusi keluar sel menembus membrane (osmosis). Salah satu fenomena akhibat dehidrasi sel adalah terjadinya plasmolisis. Dalam keadaan tertentu, sel masih mampu kembali ke keadaan semula bila jaringan dikembalikan ke air murni. Peristiwa ini dikenal sebagai gejala deplasmolisis.
Salah satu fenomena akibat dehidrasi sel adalah terjadinya plasmolisis. Dalam keadaan tertntu, sel masih mampu kembali ke keadaan semula bila jaringan dikembalikan ke air murni. Peristiwa ini dikenal sebagai gejala deplasmolisis. Bila jaringan ditempatkan pada larutan yang hipotonis sampai isotonis, maka sel-sel jaringan tidak akan mengalami plasmolisis. Berdasdarkan hal ini, maka metode plasmolisis dapat digunakan sebagai salah satu metode penaksiran nilai-nilai potensial osmotic jaringan. Sebagai penaksiran terdekat potensial osmotik jaringan ditaksire quivalen dengan potensial osmotik suatu larutan yang telah menimbulkan plasmolisis sebesar 50% yang disebut incipient plasmolysis. (Suyitno, dkk, 2010 : 21)
Di atas telah diuraikan bahwa sel tumbuhan dapat mengalami kehilangan air bila dimasukkan ke dalam larutan gula dengan nilai potensial air yang lebih rendah daripada nilainya di dalam sel. Jika kehilangan air itu cukup besar, maka ada kemungkinan bahwa volume isi sel akan menurun demikian besarnya sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Artinya, membrane dan sitoplasma akan terlepas dari dinding sel. Keadaan ini dinamakan plasmolisis. Jika sel yang terplasmolisis dipindahkan dari larutan gula ke dalam air murni, sel akan kembali memperoleh bentuk dan turgornya semula karena air berbalik ke dalam protoplas, asalkan membrannya tidak rusak oleh plasmolis yang terlalu lama.
A : sel normal B : sel terplasmolis
Air menyebar keluar protoplas ke dalam larutan yang menyebabkan terjadinya plasmolisis (larutan gula.). Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula diperlihatkan oleh tampaknya sel-sel yang terplasmolisis. Jika ruang dinding di antara dinding dan protoplas diisi udara, maka di bawah mikroskop akan tampak tepi-tepi gelembung yang khas kebiru-biruan. Jika isinya itu air murni, maka sel itu tidak mengalami plasmolisis. Karena itu ruang tersebut harus terisi larutan dan dinding sel harus pula permeable terhadap gula.
Plasmolisis dapat mendemonstrasikan letak membrane protoplasma dan sifat permeable diferensialnya. Jika membrane juga permeable terhadap gula seperti terhadap air, maka gula akan masuk ke dalam sel dan menyamakan potensial osmotik dalam sel dengan di luar, sehingga air akan masuk lagi ke dalam sel. Jika untuk plasmolisis ini digunakan NaCl atau KNO3, bukan gula, secara perlahan-lahan absorpsi terjadi, dan sel akhirnya akan kembali segar lagi (mengandung cukup air). Jika sel dimatikan, membrane protoplasma rusak dan plasmolisis tidak akan terjadi. Plasmolisis sendiri akan mematikan sel jika trjadi sangat parah dan berlangsung lama. Prinsip ini dipergunakan untuk membunuh gulma dengan garam. Pemberian pupuk buatan(yang dapat larut) secara berlebih-lebihan sekitar tumbuhan akan mematikan akar tumbuhan karena plasmolisis. (Sutami Tjitrosomo. 1983 : 10-12)
E. ALAT DAN BAHAN
1) Mikroskop
2) Gelas benda dan penutup
3) Botol vial
4) Pipet tetes
5) Larutan sukrosa
6) Daun Rhoe discolor
7) Silet
F. LANGKAH KERJA
1) . Menyiapkan botol vial yang berisi larutan sukrosa 0,18 M dan 0,26 M masing-masing sebanyak 10 ml.
2) Membuat beberapa sayatan epidermis permukaan bawah daun Rhoe discolor (Jadam, Md)
3) Meletakkan sayatan pada gelas banda, dan menetesi sedikit air dan menutup dengan kaca penutupnya.
4) Mengamati di bawah mikroskop dengan perbesaran kecil kemudian perbesaran yang semakin besar.
5) Menghitung jumlah sel yang penuh dengan warna ungu (anthocian) yang terdapat dalam bidang pengamatan.
6) Memberikan tetesan larutan gula ke tepi gelas penutupnya, lalu mengamati dan mencatat kapan saja terjadi perubahan sel-sel beranthosian tadi terus menerus selama 2 menit.
7) Menghitung berapa sel yang mengalami pemudaran warna anthosian ungu, bahkan menjadi transparan (terplasmolisis).
8) Menuangkan data dalam tabel dan membuat grafik hubungan antara konsentrasi larutan sukrosa dengan plasmolisis yang terjadi.
G. TABEL PENGAMATAN
Perlakuan sukrosa Keadaan sel dalam satu bidang pandang
Waktu mulai terplasmolisis
Terplasmolisis
(%) Tak terplasmolisis (%)
0,14 M 84,62 15,38 12 detik
0,18 M 90,91 9,09 5 detik
0,22 M 77,78 22,22 9 detik
0,26 M 30,95 69,05 4 detik
Gambar kelompok 6
• Sukrosa 0,18 M
Sebelum plasnolisis Setelah plasmolisis
• Sukrosa 0,26 M
Sebelum plasmolisis Setelah plasmolisis
H. PEMBAHASAN
Percobaan yang memiliki judul Difusi Osmosis dengan sub judul Plasmolisis ini bertujuan untuk menemukan fakta tentang gejala plasmolisis, menunjukkan factor penyebab plasmolisis, mendeskripsikan peristiwa plasmolisis, serta menunjukkan hubungan antara plasmolisis dengan status potensial osmotic antara cairan selnya dengan larutan di lingkungannya. Berdasarkan literatur disebutkan bahwa plasmolisis adalah peristiwa lepasnya membran sel dari dinding sel sebagai dampak hipertonisnya larutan di luar sel, sehingga cairan yang berada di dalam sel keluar dari sel dan akibatnya tekanan turgor sel menjadi 0. Efek selanjutnya yang ditimbulkan adalah karena potensial air dalam sel lebih tinggi dari luar sel, maka air di luara sel bergerak ke dinding sel mendesak membran sel yang mengakibatkan membran sel terlepas dari dinding sel. (Fiktor Ferdinand P. dan Moekti Ariwibowo , 2002 : 11)
Objek percobaan kali ini adalah daun Rhoe discolor. Berdasarkan litelatur yang didapatkan, deskripsi dari daun Rhoe discolor adalah sebagai berikut :
Klasifikasi ilmiah
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Bromeliales
Suku : Bromeliaceae
Marga : Rhoeo
Nama umum/dagang : Nanas kerang
Nama daerah
Jawa : Nanas kerang (Jawa)
Deskripsi
Habitus : Semak, tinggi 40-60 cm.
Batang : Kasar, pendek, lurus, coklat.
Daun : Tunggal, lonjong,ujung runcing, pangkal memeluk batang,
tepi rata, panjang 25-30 cm, lebar 3-6 cm, permukaan atas
hijau, permukaan lainnya merah kecoklatan.
Bunga : Majemuk, bentuk mangkok, di ketiak daun, terbungkus,
kelopak seperti kerang, benang sari silindris, banyak, putih,
kepala putik kuning, mahkota bentuk segitiga, tiga lembar,
putih
Akar : Serabut, kecoklatan.
(http://googlebooks/nanas-kerang)
Pada percobaan ini, yang dipakai sebagai preparat adalah sayatan tipis epidermis daun Rhoe discolor bagian bawah. Dalam membuat preparat segar dari daun tersebut harus memperhatikan ketentuan dalam membuat preparat yang telah diajarkan sebelumnya. Sedangkan syarat objek dapat diamati di bawah mikroskop adalah tembus cahaya.
Setelah preparat segar selesai dibuat, kemudian diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran kecil kemudian perbesaran yang semakin besar. Pada pengamatan tersebut akan telihat sel-sel yang berwarna ungu yang terbentuk karena adanya pigmen warna anthocian pada daun Rhoe discolor tersebut. Setelah itu pada tepi gelas penutupnya ditetesi dengan larutan gula (sukrosa), diamati, dan dicatat kapan saja terjadi perubahan sel-sel beranthosian tadi terus-menerus selama 2 menit. Sukrosa ynag digunakan pada percobaan ini memiliki berbagai konsentrasi yaitu 0,14 M ; 0,18 M ; 0,22 M dan 0,26 M. Oleh karena terdapat 6 kelompok yang mengikuti percobaan ini maka dari ke-6 kelompok tersebut dibagi menjadi 2 yaitu, kelompok I, III, dan V menggunakan sukrosa dengan konsentrasi 0,14 M dan 0,22 M. Sedangkan kelompok II, IV, dan VI menggunakan sukrosa denagn konsentrasi 0,18 M dan 0,26 M. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah konsentrasi sukrosa yang digunakan berpengaruh terhadap lamanya sel berplasmolisis. Sel yang terplasmolisis ditunjukkan dengan adanya pemudaran warna antosian ungu atau bahkan menjadi transparan.
Sukrosa 0,14 M
Pada pengamatan ini, digunakan epidermis bawah daun Rhoe discolor yang memiliki pigmen warna ungu yang disebut pigmen antosian. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah proses pengamatan. Selain itu digunakan larutan sukrosa dengan konsentrsai 0,14 M larutan sukrosa tersebut yang berperan sebagai larutan hipertonis terhadap sel pada percobaan ini. Dalam membuat preparat segar, perlu memperhatikan ketentuan-ketentuan yang telah dijelaskan sebelumnya, baik dalam menyayat preparat maupun saat meletakkannya pada gelas benda. Hasil sayatan dari preparattersebut harus tembus cahaya, karena hal tersebut merupakan syarat objek dapat diamati di bawah mikroskop.
Sebelum larutan sukrosa diteteskan pada daun Rhoe discolor yang diamati dibawah mikroskop, jumlah sel yang berwarna ungu adalah 52 buah. Selain sel-sel yang berwarna ungu maupun yang berwarna putih, juga ditemukan stomata sel. Sel-sel yang berwarna ungu pada sel terlihat lebih jelas dibandingkan kloroplas yang berwarna hijau. Hal ini terjadi karena pada saat normal pigmen antosianin berada vakuola tumbuhan yang cukup besar, sedangkan kloroplas cenderung tersebar mengambang pada sitoplasma. Kemudian, setelah sel berwarna ungu selesai dihitung lalu menetesinya dengan larutan sukrosa 0,14 M pada tepi gelas penutup. Setelah itu, mengamati perubahan yang terjadi selama 2 menit. Akan tetapi, setelah 12 detik sel yang berwarna ungu seolah menghilang karena pecah. Sehingga tinggal 8 sel yang berwarna ungu . Jadi sebanyak 84,6 % sel telah terplasmolisis dan sebanyak 15,4 % sel tak terplasmolisis.
Sel-sel yang berwarna ungu terlihat lebih sedikit dan kloroplas lebih jelas terlihat. Hal ini terjadi karena pada saat sel ditempatkan pada larutan yang hipertonis terhadapnya, maka air keluar dari vakuola sehingga membran sitoplasma akan mengerut begitu pula sitoplasma, dan secara otomatis juga ukuran vakuola. Sehingga pigmen antosianin dari dalam vakuola tidak terlalu jelas terlihat. Saat sitoplasma mengkerut , kloroplas yang tersebar di dalam sitoplasma akan merapat sehingga dapat terlihat jelas. Pernyataan ini sesuai dengan buku karangan Wildan Yatim yang berjudul Biologi Modern Biologi Sel.
Sukrosa 0,18 M
Pada percobaan plasmolisis yang dilakukan oleh kelompok 6 adalah menggunakan larutan sukrosa 0,18 M. Di dalam pengamatan dan percobaan ini yang menjadi objek pengamatan adalah epidermis bawah daun Rhoe discolor. Pada epidermis bawah daun Rhoe discolor ini di buat preparat dahulu sebelum melakukan pengamatan pada mikroskop dengan perbesaran 10X10. Dalam pengamatan ini diperoleh data bahwa sel-sel yang penuh dengan warna ungu (anthocian) berjumlah 11 sel dari 98 sel yang terlihat di mikroskop dengan perbesaran 10X10. Hal ini berarti ada 87 sel berwarna putih. Kemudian setelah sel terhitung jumlahnya, disekitar cover glass memberinya beberapa tetes larutan sukrosa (gula) dengan konsentrasi 0,18 M dan mengamati perubahanya. Dalam hal ini perubahan yang terjadi pada sel tersebut langsung terjadi pada detik ke 5.
Selama pengamatan tersebut pada 10 sel yang beranthocian mengalami peubahan warna yaitu memudarnya warna ungu bahkan sampai hilang yang dilakukan selama 2 menit pengamatan secara terus-menerus, sehingga apabila di hitung dalam bentuk presentase menghasilkan 90,9% dari jumlah seluruh sel yang beranthocian. Oleh karena itu masih ada 1 sel yang belum mengalami perubahan warna selama 2 menit waktu pengamatan tersebut, dan apabila di hitung dalam bentuk presentase menghasilkan angka 9,09 % dari jumlah seluruh sel yang beranthocian. Adanya perubahan warna ini di karenakan adanya peristiwa plasmolisis. Peristiwa ini ditunjukkan karena adanya perubahan atau menghilangnya warna yang ada di dalam sel tersebut. Sesuai dengan buku karangan Didik Indradewa dan Eka Tarwaca S P.
Peristiwa plasmolisis ini terjadi karena adanya pebedaan konsentrasi larutan antara sel dan larutan yang ada di luar. Dalam percobaan ini konsentrasi larutan gula adalah 0,18 M, sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan turgor, yang menyebabkan sel tumbuhan lemah. Dan dalam keadaan seperti ini menyebabkan layu, karena pada tumbuhan tidak ada mekanisme di dalam sel tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara berlebihan. Hal ini sesuai pada http:// id.wikipedia. org/plasmolisis, yang diakses 5 April 2010.
Peristiwa plasmolisis terjadi akibat larutan hipertonis diluar sel yang mengakibatkan cairan yang berada di dalam sel keluar dari sel, sehinga tekanan turgor sel menjadi 0.efek selanjutnya yang di timbulkan adalah karena potensial air dalam sel lebih tinggi dari luar sel, maka air diluar sel bergerak kedalam dinding sel mendesak membran sel yang mngakibatkan membran sel terlepas dari dinding sel. Laruan tersebut tidak dapat menembus membran sel karena memiliki ukuran yang lebh besar dari molekul air. Sehingga dalam hal ini dapat di jelaskan bahwa pergerakan air terjadi dari potensial air tinggi ke potensial air lebih rendah, dari larutan yang konsentrasi lebih rendah ke konsentrasi lebih tinggi, dan dari larutan encer ke larutan lebih kental. (Didit Indradewa dan Eka Tarwaca S P, 2009 : _).
Dalam plasmolisis prinsip-prinsip yang digunakan adalah karena terjadinya peristiwa osmosis sebaai akibat adanya perbedaan konsentrasi zat terlarut dalam air medium dibanding zat terlarut yang ada di dalam protoplasma sel atau dapat di artikan sebagai dampak perbedaan potensial air antara dua tempat air yang di batasi leh membran sel tersebut.
Tetapi apabila sel tumbuhan ini diletakkan pada larutan yang sama konsentrasinya maka tidak akan mengalami plasmolisis.(Suyitno, dkk, 2010: 21). Peristiwa plasmolisis yang terjadi pada jaringan jua dapat dikembalikan pada posisi semula dengan meletakkan sel atau jaringan tersebut pada larutan yang hipotonis, sehingga yang terjadi adalah cairan memenuhi ruang antara dinding sel dengan membran sel bargerak ke luar, sedangkan air yang berada diluar bergerak masuk ke dalam dan dapat menembus membran sel karena membran sel mengizinkan molekul-molekul air untuk masuk kedalam. Masuknya molekul-molekul air tersebut mengakibatkan ruang sitoplasma terisi kembali dengan cairan sehingga membran sel kembali terdesak kearah luar sebagai akibat timbulnya tekanan turgor akibat gaya kohesi dan adesi air yang masuk. Akhirnya sel kembali ke keadaan semula. (Fiktor Ferdinand P dan Moekti Ariwibwo, 2002: 11 ).
Dalam pecobaan ini dapat di simpulkan bahwa plasmolisis merupakan lepasnya membran sel dari dinding sel akibat dari hipertonisnya larutan di luar sel yang mengkibatkan kehilangan air (dehidrasi).
Sukrosa 0,22 M
Percobaan ini dilakukan dengan membuat sayatan epidermis bawah daun Rhoe discolor, dan meletakkan sayatan tersebut pada gelas benda, menetesi dengan sedikit air, kemudian menutupnya dengan kaca penutup. Preparat epidermis bawah daun Rhoe discolor tersebut kemudian diletakkan di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 hingga preparat tampak jelas dari lensa pengamat. Kegiatan selanjutnya yaitu menghitung jumlah sel yang penuh dengan warna ungu (anthocian) yang terdapat dalam bidang pengamatan. Setelah terhitung, selanjutnya memberikan tetesan larutan gula 0,22 M ke tepi gelas penutupnya, lalu mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi selama 2 menit, dan menghitung kembali jumlah sel beranthocian yang mengalami pemudaran warna ungu, atau bahkan menjadi transparan(terplasmolisis).
Percobaan ini menghasilkan data jumlah sel yang mengalami plasmolisis pada larutan gula 0,22 M yaitu sebanyak 28 sel dan tidak terplasmolisis sebanyak 36 sel. Sehingga jika dilakukan perhitungan, dapat diketahui persentase sel yang terplasmolisis maupun tidak,yaitu sebagai berikut:
Sel terplasmolisis : 28/30 x 100% = 77,78%
Sel tidak terplasmolisis: 8/36 x 100% = 22,22%
Waktu mulai terjadi plasmolisis tercatat lebih dari 9 menit. Berdasarkan tabel Potensial Osmotik beberapa Molaritas Larutan Sukrosa pada suhu 20oC menurut A. Ursprug dan G. Blum yang ada pada Diktat Petunjuk Praktikum Biologi Dasar II untuk Prodi Pendidikan IPA FMIPA UNY, dapat diketahui bahwa nilai taksiran terdekat besarnya potensial osmotik jaringan didasarkan pada larutan perendam yang telah mengakibatkan keadaan “Inciepient plasmolysis” sel epidermis bawah daun Rhoe discolor yaitu sebesar -5,60 Atm.
Ada suatu bentuk hubungan yang terjadi antara besar potensial osmotic (PO) sel terhadap molaritas atau konsentrasi larutan sukrosa disekitar sel, yaitu semakin tinggi molaritas larutan sukrosa, maka semakin rendah besar potensial osmotik sel tersebut. Hal ini menyebabkan semakin cepat proses terjadinya plasmolisis. Bila tekanan osmotik larutan diluar sel sama dengan tekanan osmotik cairan sel (isotonik) maka tidak akan terjadi peristiwa plasmolisis.
Plasmolisis terjadi karena larutan diluar sel memiliki konsentrasi yang lebih tinggi daripada konsentrasi cairan sel. Besarnya konsentrasi mempengaruhi besarnya tekanan osmotic larutan berdasarkan persamaan:
π=MRT
dengan
π = Tekanan osmotic (Atm)
M = Molaritas (M)
R = Tetapan Reisenberg (0,082)
T =Suhu mutlak(K)
Sehingga, dari persamaan ini dapat diperoleh pula hubungan bahwa plasmolisis terjadi bila tekanan osmotik di luar sel lebih tinggi daripada tekanan osmotik cairan sel. Jika sel tumbuhan diletakkan di larutan gula terkonsentrasi (hipertonik), sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan turgor, menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan sel dalam kondisi seperti ini layu. Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan terjadinya peristiwa plasmolisis: tekanan terus berkurang sampai di suatu titik di mana protoplasma sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan membran. Akhirnya cytorrhysis - runtuhnya seluruh dinding sel - dapat terjadi. Tidak ada mekanisme di dalam sel tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara berlebihan, juga mendapatkan air secara berlebihan, tetapi plasmolisis dapat dibalikkan jika sel diletakkan di larutan hipotonik.
Peristiwa terjadinya peluruhan dinding sel tersebut dinamakan plasmolisis sempurna, sedangkan gejala awal dari plasmolisis (mulai memudarnya warna ungu pada epidermis bawah daun Rhoe discolor) dinamakan Incipient plasmolysis. Ketika sitoplasma mulai terdorong keluar dari dinding sel, itulah saat dimana incipient plasmolisis terjadi.
Meskipun tidak ada mekanisme di dalam sel tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara berlebihan ataupun mendapatkan air secara berlebihan, tetapi tumbuhan memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap habitatnya, seperti yang dilakukan oleh tanaman xerofit maupun halofit. Kondisi potensial osmotik jaringan tumbuhan xerofit atau halofit lebih tinggi dibandingkan kondisi potensial osmotik jaringan tumbuhan air tawar. Selain itu, tumbuhan xerofit memiliki adaptasi pada struktur morfologinya dengan menggunakan lapisan lilin yang tidak tembus air, sehingga sangat membantu bila terjadi keadaan ekstrem. Tumbuhan halofit juga melakukan beragam respon untuk kondisi salinitas tinggi seperti mengendalikan konsentrasi NaCl internal, sehingga mampu bertahan pada lingkungan larutan bersalinitas tinggi.
Sukrosa 0,26 M
Pada pengamatan ini, digunakan epidermis bawah daun Rhoe discolor yang memiliki pigmen warna ungu. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah proses pengamatan. Selain itu digunakan larutan sukrosa 0,26 M yang berperan sebagai larutan hipertonis terhadap sel.
Sebelum larutan sukrosa diteteskan pada daun Rhoe discolor yang diamati dibawah mikroskop, jumlah sel yang berwarna ungu adalah 42 buah. Sel-sel yang berwarna ungu ini terlihat lebih jelas dibandingkan kloroplas yang berwarna hijau. Hal ini terjadi karena pada saat normal pigmen antosianin berada vakuola tumbuhan yang cukup besar, sedangkan kloroplas cenderung tersebar mengambang pada sitoplasma. Kemudian, setelah sel berwarna ungu selesai dihitung lalu menetesinya dengan larutan sukrosa 0,26 M pada tepi gelas penutup. Setelah itu, mengamati perubahan yang terjadi selama 2 menit. Akan tetapai, setelah 4 detik sel yang berwarna ungu seolah menghilang karena pecah. Sehingga tinggal 13 sel yang berwarna ungu . jadi sebanyak 30,95 % sel telah terplasmolisis dan sebanyak 69,05 % sel tak terplasmolisis.
Sel-sel yang berwarna ungu terlihat lebih sedikit dan kloroplas lebih jelas terlihat. Hal ini terjadi karena pada saat sel ditempatkan pada larutan yang hipertonis terhadapnya, maka air keluar dari vakuola sehingga membrane sitoplasma akan mengerut begitu pula sitoplasma, dan secara otomatis juga ukuran vakuola. Sehingga pigmen antosianin dari dalam vakuolatidak terlalu jelas terlihat. Saat sitoplasma mengkerut , kloroplas yang tersebar di dalam sitoplasma akan merapat sehingga dapat terlihat jelas. Pernyataan ini sesuai dengan buku karangan Wildan Yatim yang berjudul Biologi Modern Biologi Sel.
Dari seluruh variable bebas yaitu berbagai konsentrasi larutan sukrosa (0,14M ;0,18M ; 0,22M dan 0,26M), variable kontrol waktu, dan variable terikat adalah banyaknya sel yang terplasmolisis, maka diperoleh persen sel yang terplasmolisis ataupun yang tidak terplasmolisis. Selanjutnya dapat dibuat grafik hubungan antara konsentrasi larutan sukrosa dengan sel yang terplasmolisis sebagai berikut:
Dari grafik diatas terlihat bahwa semakin besar konsentrasi larutan sukrosa, sel yang terplasmolisis lebih sedikit. Hal ini tidak sesuai dengan teori dalam buku BIOLOGI Edisi Kelima karangan Kimball John W bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan (zat peredam) yang diberikan akan semakin banyak sel yang terplasmolisis. Hal ini terjadi karena perbedaan konsentrasi zat semakin besar, mengakibatkan air semakin cepat berpindah dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Waktu mulai terplasmolisis juga akan lebih cepat terlihat pada konsentrasi larutan sukrosa yanga lebih tinggi. Pada percobaan ini larutan sukrosa 0,26M memiliki waktu mulai plasmolisis tercepat yaitu setelah 4 detik.
Dari hasil persentase sel yamg terplasmolisis yang mendekati 50 % adalah ketika sukrosa yang digunakan 0,26 M yaitu sebesar 30,95 %. Hal ini berarti bahwa Inscipient Plasmolisis terjadi saat konsentrasi sukrosa yang diberikan sebesar 0,26 M.
I. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data kelas maka dapt disimpulkan bahwa:
1) Peristiwa plasmolisis adalah peristiwa lepasnya membrane sel dari dinding sel sebagai dampak dari hipertonisnya larutan dari luar sel, sehingga cairan yang berada di dalam sel keluar dari sel dan akibatnya tekanan turgor sel menjadi nol.
2) Inciepient plasmolysis adalah suatu keadaan dimana setengah sel dari seluruh jumlah sel menunjukkan tanda-tanda plasmolisis.
3) Sel tumbuhan yang dimasukan dalam larutan sukrosa akan mengalami plasmolisis, dan semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis.
4) Inciepient plasmolysis (IP) pada percobaan ini terjadi pada konsentrasi 0,26 M.
J. DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Budiman. 2008. Bimbingan Pemantapan Kimia. Bandung: Yrama Widia
Burnie, David. 2000. Jendela IPTEK Seri II. Jakarta: Balai Pustaka.
Dwidjoseputro. 1962. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Ferdinand, Fiktor P dkk. 2002. Praktis Belajar Biologi. Jakarta: PT. Grafindo Media Pratama.
Neil A. Campbell, Neil A dkk. 2002. Biologi Jilid I Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Suyitno, dkk. 2010. Petunjuk Praktikum biologi Dasar II. Yogyakarta: FMIPA UNY.
Tjitrosomo, Sutarmi. 1983. Botani Umum II. Bandung: Angkasa.
Yatim, Wildan. 1996. Biologi Modern Biologi Sel. Bandung: Tarsito.
http : //id.wikipedia.org/wiki/plasmolisis. Diakses pada tanggal 5 April 2010.
http://www-saps.plantsci.cam.ac.uk/records/rec381.htm. Diakses pada tanggal 6 April 2010.
http://www.ecoton.or.id/tulisanlengkap.php?id=1339. Diakses pada tanggal 10 April 2010.
Jumat, 11 Maret 2011
sahabat Q
Hmmmmmmm. . .
Sekilas tentang aku. .
Perkenalkan yak, nama asli aku Novi, Novi Utami lengkapnya. Gag tau kenapa Ortu ku ngasii nama ntu, tentu banyak maknanya pasti. Hhe.. aku anak terakhir dari 2 bersodara, kakak ku cowok semua dan aku cewek sendiri, egh enggak deng ibu’ku juga cewek og. Kakak aku selisih umurnya banyak banged ama aku, banyangin aja 14 taon gituma mas ku yang gede, maklum lah dulu ortu Cuma pengen punya 2 anag, tapi akhirnya pengen anag cewek maka jadilah aku,. Hhehehe...
Sekarang aku oda masug semester 4 di Perguruan Tinggi Negeri di Yogyakarta tepatnya di Fakultas FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta dengan Prodi Pendidikan IPA. Wah calon guru dong???? Egh iyaa ya, tapi sebenernya salah jurusan ntu, gag bakat saia jadi guru,. Hhe...
Di kampus aka punya sahabat,,
Komplotan kita ada sepuluh, mulai dari yang ceking mpe ada yang padet berisi,
Yang ceking di pegang oleh top rang si ribka, aslinya Ribka Putri Agustami asal dari Pati, kota kacang atom gitu,. Top rang kedua di pegang ole Deby, Deby Kurnia Dewi, asli jogja tulen, Timoho tepatnya,. Yang ketiga dipegang aku sendiri, si nobleng, begitu temen-temen q biasa manggil, aneh ya namanya. Ada juga si gemrot, Mim Avira Inayatun Zain, nama yang bagus ya? Tapi og panggilanya si atun gitu, kek sinetron Si Doel gitu,hehe.
Ada juga si aneh, si modh, Mutrofin asli bantul tulen, orange aneh, tapi sumpah gokiel abies,. Ada juga si Jam2, Zamzam Fatma Ambar Sukamto, anag pante ne, asli Baron,. Next si tikem, Retno Kartika Sari asli kota belut alias Godean, yang asli Godean ada juga si Mak Sotoy, Cristy Arum Sari, nama yang aneh ya? Gag tau kenapa dari SMA konon katanya nama itu. Mak Sotoy orang paling bijak dalam Geng kami, panutan kami,he.
Masii dua ya personel kita, si marinem, alias Marina Ramadani, ne anak gag banyak ngomong, tapi sekali ngomong bikin orang ngakak, tapi neg pas lagii seriys ya serius,. Satu lagi si mba’ Wah, Wahyu Rahmawati dari West Prog, barat kali ya? Ne anag tukang makan, hehe sorii sob,.
Yah sahabat yang sLalu ada di hati, kita bersahabat ber10 gitu deh, kemana-mana sLalu bareng, kompakan gitu lah pokoknya,. Ngobrol bareng, nongkrong bareng, ngerjain tugas bareng, gosip bareng, mpe yang paling sering kita lakuin yaitu TELAT BARENG,. Hhe. .
Ne sebagian hasil dokumentasi kita jalan-jalan bareng:
Ne foto kita ambil waktu pertama kali kita maen bareng, ne acara makan2 oleh-oleh dari Wonosari, zamzam yang bawa,. Tu yg pke kaos hijau putih, yg lagi bawa botol minuman,. Fotonya masii cupu-cupu banged yah??? Maklum lah masi MABA, anag desa gitu masug kota, tapi asyik bisa makan2 bareng,.
Ne waktu jam kuliah tapi dosennya gag dateng, kita bolos maen deh akhirnya. Hhe
Ber10 kita melancong ke taman sari, ne motretnya pakai hape lo, gag da yg moto’in jadinyo pake timer deh,. Hehehe...
Ne foto waktu kita mOm bareng d ‘Larisi’ enag yah mOm bareng,. Hhe..
Ne waktu marina (yg bawa kue) tu uLtah,.
Ne kue hasil bikinan kita sendiri loh, Cuma dari wafer d gabung2 gitu jadi deh kek kue tart,.
Ne foto kita ambil di pante Depok waktu makan-makan uLtah temen kita, si Marina, Wahyu, Deby.
Wah ngrayain uLtah 3 anag sekaligus ne, seruuu banged pastinya,. Hhe...
Ne satu lagi dokumentasi kita, pas lagi kunjungan ke ‘Taman Pintar’ ne buat nunjang mata kuliah kita sebenere, tapi mala pada narsis foto disini,he. Maklum bu dosen gag mau ikud sih, jadi mahasiswa lepas kontrol semua dee,.
Aku absenin yak dari paling ujung kiri ne,.
Mak sotoy (Cristy), Marina, Debo egh Deby deng, Mim Avira( atun), Mutrofin, Zamzam, Wahyu, Nuphii (gue), Ribka, n terakhir si Tikem (Retno Kartika Sari) ,.
Masiii banyak foto-foto kita maen bareng, gag cukup kalo d cantumin semua,.
Yang pasti kita ‘aLways forever friend’ pokoknya,.
sahabat tuu lebii berarti dari materi, gag da teman sunyi ne rasanya dunia,. Hhehe. .
Sekilas tentang aku. .
Perkenalkan yak, nama asli aku Novi, Novi Utami lengkapnya. Gag tau kenapa Ortu ku ngasii nama ntu, tentu banyak maknanya pasti. Hhe.. aku anak terakhir dari 2 bersodara, kakak ku cowok semua dan aku cewek sendiri, egh enggak deng ibu’ku juga cewek og. Kakak aku selisih umurnya banyak banged ama aku, banyangin aja 14 taon gituma mas ku yang gede, maklum lah dulu ortu Cuma pengen punya 2 anag, tapi akhirnya pengen anag cewek maka jadilah aku,. Hhehehe...
Sekarang aku oda masug semester 4 di Perguruan Tinggi Negeri di Yogyakarta tepatnya di Fakultas FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta dengan Prodi Pendidikan IPA. Wah calon guru dong???? Egh iyaa ya, tapi sebenernya salah jurusan ntu, gag bakat saia jadi guru,. Hhe...
Di kampus aka punya sahabat,,
Komplotan kita ada sepuluh, mulai dari yang ceking mpe ada yang padet berisi,
Yang ceking di pegang oleh top rang si ribka, aslinya Ribka Putri Agustami asal dari Pati, kota kacang atom gitu,. Top rang kedua di pegang ole Deby, Deby Kurnia Dewi, asli jogja tulen, Timoho tepatnya,. Yang ketiga dipegang aku sendiri, si nobleng, begitu temen-temen q biasa manggil, aneh ya namanya. Ada juga si gemrot, Mim Avira Inayatun Zain, nama yang bagus ya? Tapi og panggilanya si atun gitu, kek sinetron Si Doel gitu,hehe.
Ada juga si aneh, si modh, Mutrofin asli bantul tulen, orange aneh, tapi sumpah gokiel abies,. Ada juga si Jam2, Zamzam Fatma Ambar Sukamto, anag pante ne, asli Baron,. Next si tikem, Retno Kartika Sari asli kota belut alias Godean, yang asli Godean ada juga si Mak Sotoy, Cristy Arum Sari, nama yang aneh ya? Gag tau kenapa dari SMA konon katanya nama itu. Mak Sotoy orang paling bijak dalam Geng kami, panutan kami,he.
Masii dua ya personel kita, si marinem, alias Marina Ramadani, ne anak gag banyak ngomong, tapi sekali ngomong bikin orang ngakak, tapi neg pas lagii seriys ya serius,. Satu lagi si mba’ Wah, Wahyu Rahmawati dari West Prog, barat kali ya? Ne anag tukang makan, hehe sorii sob,.
Yah sahabat yang sLalu ada di hati, kita bersahabat ber10 gitu deh, kemana-mana sLalu bareng, kompakan gitu lah pokoknya,. Ngobrol bareng, nongkrong bareng, ngerjain tugas bareng, gosip bareng, mpe yang paling sering kita lakuin yaitu TELAT BARENG,. Hhe. .
Ne sebagian hasil dokumentasi kita jalan-jalan bareng:
Ne foto kita ambil waktu pertama kali kita maen bareng, ne acara makan2 oleh-oleh dari Wonosari, zamzam yang bawa,. Tu yg pke kaos hijau putih, yg lagi bawa botol minuman,. Fotonya masii cupu-cupu banged yah??? Maklum lah masi MABA, anag desa gitu masug kota, tapi asyik bisa makan2 bareng,.
Ne waktu jam kuliah tapi dosennya gag dateng, kita bolos maen deh akhirnya. Hhe
Ber10 kita melancong ke taman sari, ne motretnya pakai hape lo, gag da yg moto’in jadinyo pake timer deh,. Hehehe...
Ne foto waktu kita mOm bareng d ‘Larisi’ enag yah mOm bareng,. Hhe..
Ne waktu marina (yg bawa kue) tu uLtah,.
Ne kue hasil bikinan kita sendiri loh, Cuma dari wafer d gabung2 gitu jadi deh kek kue tart,.
Ne foto kita ambil di pante Depok waktu makan-makan uLtah temen kita, si Marina, Wahyu, Deby.
Wah ngrayain uLtah 3 anag sekaligus ne, seruuu banged pastinya,. Hhe...
Ne satu lagi dokumentasi kita, pas lagi kunjungan ke ‘Taman Pintar’ ne buat nunjang mata kuliah kita sebenere, tapi mala pada narsis foto disini,he. Maklum bu dosen gag mau ikud sih, jadi mahasiswa lepas kontrol semua dee,.
Aku absenin yak dari paling ujung kiri ne,.
Mak sotoy (Cristy), Marina, Debo egh Deby deng, Mim Avira( atun), Mutrofin, Zamzam, Wahyu, Nuphii (gue), Ribka, n terakhir si Tikem (Retno Kartika Sari) ,.
Masiii banyak foto-foto kita maen bareng, gag cukup kalo d cantumin semua,.
Yang pasti kita ‘aLways forever friend’ pokoknya,.
sahabat tuu lebii berarti dari materi, gag da teman sunyi ne rasanya dunia,. Hhehe. .
Kamis, 03 Maret 2011
penentuan awal bulan
I. Pengertian Kalender Hijriyah
Kalender Hijriyah atau Kalender Islam (Bahasa Arab: التقويم الهجري; at-taqwim al-hijri), adalah kalender yang digunakan oleh umat Islam, termasuk dalam menentukan tanggal atau bulan yang berkaitan dengan ibadah, atau hari-hari penting lainnya. Kalender ini dinamakan Kalender Hijriyah, karena pada tahun pertama kalender ini adalah tahun dimana terjadi peristiwa Hijrah-nya Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah, yakni pada tahun 622 M. Di beberapa negara yang berpenduduk mayoritas Islam, Kalender Hijriyah juga digunakan sebagai sistem penanggalan sehari-hari. Kalender Islam menggunakan peredaran bulan sebagai acuannya, berbeda dengan kalender biasa (kalender Masehi) yang menggunakan peredaran matahari.
II. Karakteristik Penanggalan Hijriyah
Penentuan dimulainya sebuah hari/tanggal pada Kalender Hijriyah berbeda dengan pada Kalender Masehi. Pada sistem Kalender Masehi, sebuah hari/tanggal dimulai pada pukul 00.00 waktu setempat. Namun pada sistem Kalender Hijriah, sebuah hari/tanggal dimulai ketika terbenamnya matahari di tempat tersebut.
Kalender Hijriyah dibangun berdasarkan rata-rata silkus sinodik bulan kalender lunar (qomariyah), memiliki 12 bulan dalam setahun. Dengan menggunakan siklus sinodik bulan, bilangan hari dalam satu tahunnya adalah (12 x 29,53059 hari = 354,36708 hari). Hal inilah yang menjelaskan 1 tahun Kalender Hijriah lebih pendek sekitar 11 hari dibanding dengan 1 tahun Kalender Masehi.
Faktanya, siklus sinodik bulan bervariasi. Jumlah hari dalam satu bulan dalam Kalender Hijriah bergantung pada posisi bulan, bumi dan matahari. Usia bulan yang mencapai 30 hari bersesuaian dengan terjadinya bulan baru (new moon) di titik apooge, yaitu jarak terjauh antara bulan dan bumi, dan pada saat yang bersamaan, bumi berada pada jarak terdekatnya dengan matahari (perihelion). Sementara itu, satu bulan yang berlangsung 29 hari bertepatan dengan saat terjadinya bulan baru di perige (jarak terdekat bulan dengan bumi) dengan bumi berada di titik terjauhnya dari matahari (aphelion). dari sini terlihat bahwa usia bulan tidak tetap melainkan berubah-ubah (29 - 30 hari) sesuai dengan kedudukan ketiga benda langit tersebut (Bulan, Bumi dan Matahari).
Penentuan awal bulan (new moon) ditandai dengan munculnya penampakan (visibilitas) Bulan Sabit pertama kali (hilal) setelah bulan baru (konjungsi atau ijtimak). Pada fase ini, bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya matahari, sehingga posisi hilal berada di ufuk barat. Jika hilal tidak dapat terlihat pada hari ke-29, maka jumlah hari pada bulan tersebut dibulatkan menjadi 30 hari. Tidak ada aturan khusus bulan-bulan mana saja yang memiliki 29 hari, dan mana yang memiliki 30 hari. Semuanya tergantung pada penampakan hilal.
III. Nama-nama Bulan Dalam Kalender Hijriyah
Kalender Hijriyah terdiri dari 12 bulan:
No Penanggalan Islam Lama Hari
1. Muharram
30
2. Safar
29
3. Rabiul awal
30
4. Rabiul akhir
29
5. Jumadil awal
30
6. Jumadil akhir
29
7. Rajab
30
8. Sya'ban
29
9. Ramadhan
30
10. Syawal
29
11. Dzulkaidah
30
12. Dzulhijjah
29/(30)
Total 354/(355)
Keterangan: Tanda kurung itu berarti tahun kabisat dalam kalender Hijriyah dengan metode sisa yaitu 3-3-2 yang berjumlah 11 buah yaitu 2,5,8,10,13,16,18,21,24,26 dan 29.
IV. Nama-nama Hari Dalam Kalender Hijriyah
Kalender Hijriyah terdiri dari 7 hari. Sebuah hari diawali dengan terbenamnya matahari, berbeda dengan Kalender Masehi yang mengawali hari pada saat tengah malam. Berikut adalah nama-nama hari:
1. al-Ahad (Minggu)
2. al-Itsnayn (Senin)
3. ats-Tsalaatsa' (Selasa)
4. al-Arba'aa / ar-Raabi' (Rabu)
5. al-Khamsatun (Kamis)
6. al-Jumu'ah (Jumat)
7. as-Sabat (Sabtu)
V. Hisab dan Rukyat
1. Hisab
Secara harfiah, hisab bermakna perhitungan. Dalam dunia Islam istilah hisab sering digunakan dalam ilmu falak (astronomi) untuk memperkirakan posisi matahari dan bulan terhadap bumi. Posisi matahari menjadi penting karena menjadi patokan umat Islam dalam menentukan masuknya waktu salat. Sementara posisi bulan diperkirakan untuk mengetahui terjadinya hilal sebagai penanda masuknya periode bulan baru dalam kalender Hijriyah. Hal ini penting terutama untuk menentukan awal Ramadhan saat muslim mulai berpuasa, awal Syawal (Idul Fithri), serta awal Dzulhijjah saat jamaah haji wukuf di Arafah (9 Dzulhijjah) dan Idul Adha (10 Dzulhijjah).
Hisab juga diartikan melakukan perhitungan untuk menentukan posisi bulan secara matematis dan astronomis. Hisab merupakan alat bantu untuk mengetahui kapan dan dimana hilal (bulan sabit pertama setelah bulan baru) dapat terlihat. Hisab seringkali dilakukan untuk membantu sebelum melakukan rukyat.
Dewasa ini, metode hisab telah menggunakan komputer dengan tingkat presisi dan akurasi yang tinggi. Berbagai perangkat lunak (software) yang praktis juga telah ada. Hisab seringkali digunakan sebelum rukyat dilakukan. Salah satu hasil hisab adalah penentuan kapan ijtimak terjadi, yaitu saat matahari, bulan, dan bumi berada dalam posisi sebidang atau disebut pula konjungsi geosentris. Konjungsi geosentris terjadi pada saat matahari dan bulan berada di posisi bujur langit yang sama jika diamati dari bumi. Ijtimak terjadi 29,531 hari sekali, atau disebut pula satu periode sinodik.
2. Rukyat
Rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni mengamati penampakan bulan sabit yang pertama kali tampak setelah bulan baru (ijtima). Rukyat dapat dilakukan dengan mata telanjang, atau dengan alat bantu optik seperti teleskop. Apabila hilal terlihat, maka pada petang tersebut telah memasuki tanggal 1.
Sedangkan Penentuan awal bulan menjadi sangat signifikan untuk bulan-bulan yang berkaitan dengan ibadah, seperti bulan Ramadan (yakni umat Islam menjalankan puasa ramadan sebulan penuh), Syawal (yakni umat Islam merayakan Hari Raya Idul Fitri), serta Dzulhijjah (dimana terdapat tanggal yang berkaitan dengan ibadah Haji dan Hari Raya Idul Adha). Penentuan kapan hilal dapat terlihat, menjadi motivasi ketertarikan umat Islam dalam astronomi. Ini menjadi salah satu pendorong mengapa Islam menjadi salah satu pengembang awal ilmu astronomi sebagai sains, lepas dari astrologi pada Abad Pertengahan.
Sebagian umat Islam berpendapat bahwa untuk menentukan awal bulan, adalah harus dengan benar-benar melakukan pengamatan hilal secara langsung (rukyatul hilal). Sebagian yang lain berpendapat bahwa penentuan awal bulan cukup dengan melakukan hisab (perhitungan matematis), tanpa harus benar-benar mengamati hilal. Metode hisab juga memiliki berbagai kriteria penentuan, sehingga seringkali menyebabkan perbedaan penentuan awal bulan, yang berakibat adanya perbedaan hari melaksanakan ibadah seperti puasa Ramadan atau Hari Raya Idul Fitri.
Salah satu contoh hasil pengamatan kedudukan hilal
VI. Kriteria Penentuan Awal Bulan Kalender Hijriyah
Penentuan awal bulan menjadi sangat signifikan untuk bulan-bulan yang berkaitan dengan ibadah dalam agama Islam, seperti bulan Ramadhan (yakni umat Islam menjalankan puasa ramadan sebulan penuh), Syawal (yakni umat Islam merayakan Hari Raya Idul Fitri), serta Dzulhijjah (dimana terdapat tanggal yang berkaitan dengan ibadah Haji dan Hari Raya Idul Adha).
Sebagian umat Islam berpendapat bahwa untuk menentukan awal bulan, adalah harus dengan benar-benar melakukan pengamatan hilal secara langsung. Sebagian yang lain berpendapat bahwa penentuan awal bulan cukup dengan melakukan hisab (perhitungan matematis/astronomis), tanpa harus benar-benar mengamati hilal. Keduanya mengklaim memiliki dasar yang kuat.
Berikut adalah beberapa kriteria yang digunakan sebagai penentuan awal bulan pada Kalender Hijriyah, khususnya di Indonesia:
1. Rukyatul Hilal
Rukyatul Hilal adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender) Hijriyah dengan merukyat (mengamati) hilal secara langsung. Apabila hilal (bulan sabit) tidak terlihat (atau gagal terlihat), maka bulan (kalender) berjalan digenapkan (istikmal) menjadi 30 hari.
Kriteria ini di Indonesia digunakan oleh Nahdlatul Ulama (NU), dengan dalih mencontoh sunnah Rasulullah dan para sahabatnya dan mengikut ijtihad para ulama empat mazhab. Bagaimanapun, hisab tetap digunakan, meskipun hanya sebagai alat bantu dan bukan sebagai penentu masuknya awal bulan Hijriyah.
2. Wujudul Hilal
Wujudul Hilal adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender) Hijriyah dengan menggunakan dua prinsip: Ijtimak (konjungsi) telah terjadi sebelum Matahari terbenam (ijtima' qablal ghurub), dan Bulan terbenam setelah Matahari terbenam (moonset after sunset); maka pada petang hari tersebut dinyatakan sebagai awal bulan (kalender) Hijriyah, tanpa melihat berapapun sudut ketinggian (altitude) Bulan saat Matahari terbenam.
Kriteria ini di Indonesia digunakan oleh Muhammadiyah dan Persis dalam penentuan awal Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha untuk tahun-tahun yang akan datang. Akan tetapi mulai tahun 2000 PERSIS sudah tidak menggunakan kriteria wujudul-hilal lagi, tetapi menggunakan metode Imkanur-rukyat. Hisab Wujudul Hilal bukan untuk menentukan atau memperkirakan hilal mungkin dilihat atau tidak. Tetapi Hisab Wujudul Hilal dapat dijadikan dasar penetapan awal bulan Hijriyah sekaligus bulan (kalender) baru sudah masuk atau belum.
3. Imkanur Rukyat MABIMS
Imkanur Rukyat adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender) Hijriyah yang ditetapkan berdasarkan Musyawarah Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS), dan dipakai secara resmi untuk penentuan awal bulan Hijriyah pada Kalender Resmi Pemerintah, dengan prinsip:
Awal bulan (kalender) Hijriyah terjadi jika:
Pada saat matahari terbenam, ketinggian (altitude) Bulan di atas cakrawala minimum 2°, dan sudut elongasi (jarak lengkung) Bulan-Matahari minimum 3°, atau
Pada saat bulan terbenam, usia Bulan minimum 8 jam, dihitung sejak ijtimak.
Di Indonesia, secara tradisi pada petang hari pertama sejak terjadinya ijtimak (yakni setiap tanggal 29 pada bulan berjalan), Pemerintah Republik Indonesia melalui Badan Hisab Rukyat (BHR) melakukan kegiatan rukyat (pengamatan visibilitas hilal), dan dilanjutkan dengan Sidang Itsbat, yang memutuskan apakah pada malam tersebut telah memasuki bulan (kalender) baru, atau menggenapkan bulan berjalan menjadi 30 hari. Prinsip Imkanur-Rukyat digunakan antara lain oleh Persis. Di samping metode Imkanur Rukyat di atas, juga terdapat kriteria lainnya yang serupa, dengan besaran sudut/angka minimum yang berbeda.
4. Rukyat Global
Rukyat Global adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender) Hijriyah yang menganut prinsip bahwa: jika satu penduduk negeri melihat hilal, maka penduduk seluruh negeri berpuasa (dalam arti luas telah memasuki bulan Hijriyah yang baru) meski yang lain mungkin belum melihatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Cara Sederhana Menetapkan Awal Bulan Hijriah dan Ramadhan Dalam Penanggalan Islam. Diakses pada tanggal 13 oktober 2010, dari http://teknologitinggi.wordpress.com/2010/08/09/cara-sederhana-menetapkan-awal-bulan-hijriah-dan-ramadhan-dalam-penanggalan-islam/
Bahrudin. 2009. Sejarah Kalender Hijriah. Diakses pada tanggal 13 oktober 2010, dari http://bahrudinonline.cilacaponline.web.id/index.php/history-of-islam/84-sejarah-kalender-hijriah
Hady. 2010. Sejarah Sistem Penanggalan Dunia. Diakses pada tanggal 13 oktober 2010, dari http://pengetahuan-itupenting.blogspot.com/2009/02/sejarah-sistem-penanggalan-dunia.html
http://sejarah.kompasiana.com/2010/12/09/selamat-tahun-baru/
http://maulana.posterous.com/kekeliruan-dalam-menyambut-awal-tahun-baru-hi
http://mojokerto-blog.blogspot.com/2007/09/perdebatan-perhitungan-awal-bulan.html
Langganan:
Postingan (Atom)